22 Desember 2011

22 December

22 December 2002 - 22 December 2011

It Should be our 9th Anniversary...

Semakin lama semakin terasa kehilanganmu...

Hope the angels take a good care of you sweetheart..

Love you always and forever... 

-bunda-

24 Oktober 2011

Ulang Tahun Harsya

Duh, kesibukan di bulan ini bikin saya nggak sempat sama sekali update blog.
Ulang Tahun Harsya ke 8 sudah di rayakan di hari Minggu tgl 23 Oct 2011 lalu.. tapi baru sempat saya update sekarang. Tanggalnya sengaja saya sesuaikan dengan tanggal acara Harsya yaa..biar postingan2 lain setelahnya yang juga tertunda bisa saya sesuaikan juga (hiks...peernya banyak) hehe...

Hari Kamis, 20 Oct 2011
Ulang Tahun Harsya ke 8. Ini ulang tahun pertama di keluarga kecil kita tanpa kehadiran ayah ya Cha..?  Tahun lalu ayah masih ada bersama kita semua merayakan ulang tahun Harsya, walaupun saat itu ayah lebih banyak diam. Entah apa yang ayah pikirkan..mungkin waktu itu ayah sudah berpikir dalam hati apakah tahun ini ayah masih bisa merayakannya bersama kita...

Ulang tahun ke 7 waktu itu ayah bunda belikan Harsya hadiah PSP yang harganya luar biasa muahaall..... gara-gara Bunda salah kaprah dengan penjualnya yang kasih harga bonus (ternyata bonus2 game original full yg harganya selangit belum plus PSP nya..aahhh..long storyyy). Itu ayah bunda beli sesaat sebelum menuju bandara Changi di Singapore dalam perjalanan pulang setelah sesi kemoterapi ayah yang ke 4.

Sebenarnya Bunda sempat sedikit khawatir kalau-kalau kali ini mungkin Harsya pengen rayakan dengan teman2 sekelas di sekolah. Kebayang deh gimana ribetnya kalau harus rayakan di sekolah, berarti Bunda harus cuti dari kantor. Bikin undangan, bingkisan-bingkisan kecil untuk para tamu.. ahh.... repotnya... Tapi demi 'azas demokrasi' Bunda tanyakan juga kalau-kalau Harsya ingin ulang tahunnya dirayakan bersama teman sekolah. Alhamdulilah Harsya nggak mau. Harsya cuma mau dirayakan di Water Park seperti 2 tahun sebelumnya (tahun lalu juga minta begitu sih sebenarnya *walah) Hm...legaaa....

Hari Sabtu, 22 Sept 2011
Persiapan Birthday Party...!
Untung yang diundang sama seperti tahun-tahun sebelumnya....member tetap, alias sepupu-sepupu dan om tante aja hehe.. persiapannya cukup Bday Cake dan cemilan-cemilan kecil. Untuk makan siangnya bisa langsung disana.

Tapi sebelumnya beli kado dulu buat Harsya... handphone baru buat gantiin handphone lamanya yang bunda beli waktu naik haji th 2008 -demi supaya bisa video call dari asrama haji- dan sekarang udah gak jelas bentuknya itu. sebenarnya masih lumayan bagus sih..cuma casing aslinya aja yang udah rusak pecah karena dilempar Syifa dan susah banget cari gantinya sekarang karena modelnya udah nggak populer lagi
Harsya pilih-pilih Hp
Syifa juga nggak mau ketinggalan kasih kado ke Adin Acha tersayang yaa... kado dari Syifa mainan mobil-mobilan remote (which is selalu lebih dipilih Harsya dari mainan apapun tapi selalu juga dilarang bunda beli karena pake seminggu juga rusak lagi). 

Pilih-pilih mobil mainan
Selesai beli kado, seperti biasa 'kencan bertiga' makan siang di Solaria. Harsya pesan Chicken Gordon Blue favoritenya. 






















Kalau Syifa sih makan apa aja, yang penting minumnya wajib ada juice alpukat, ya kan Syifa? :-)




Tugas terakhir hari ini......Pesan Birthday Cake! Birthday cake kali ini sesuai banget dengan favoritenya Harsya. Cake Cars 2. "Harus Cars 2 ya Bun...jangan Cars 1..." Walaupun sempat bingung karena yang punya toko nggak punya gambar Cars 2 untung relasinya punya hehe... kalau nggak terpaksa deh bunda kudu  browsing internet dulu....  Keren lohh cake nya .....ini dia.... Keren kaan......
Cake Cars 2
Selesai pesan kue....sebenarnya masih ada 1 tugas lagi, yaitu cari baju renang untuk Harsya dan Syifa. Terutama Harsya yang baju renangnya udah sempit semua karena badannya yang makin gembul :-) Renang terakhir minggu lalu Harsya pakai celana renang ayah yang ternyata masih sedikit longgar  hehehehe...



Tapi karena hunting baju renang project yang lumayan bikin cape and serius, Harsya Syifa nggak diajak ikut ke mal. Lumayan pusing ternyata cari celana renang buat Harsya yang ternyata hanya pas ukuran M untuk orang dewasa...Oo... Belum lagi baju renang nya sama sekali nggak ada yang pas untuk ukuran Harsya.

Demi supaya badan Harsya nggak makin 'hitam kelam' karena berenang, bunda bela-belain deh ubek2 baju olah raga untuk pria dewasa. Ternyata mahaall.....tapi untunglah akhirnya ketemu juga baju yang pas untuk Harsya :-). Syifa sampe ketiduran nunggu bunda pulang. Tapi begitu melihat belanjaan bunda langsung deh dia melek lagi dan berpose ...nih lihat..lucu kan....




Hari Minggu, 23 October 2011
Harsya's Birthday Party!
Akhirnyaaaa.... hari yang ditunggu tiba....
Pagi-pagi Harsya dan Syifa udah semangat. Semua sepupu juga udah berkumpul dengan baju renang masing-masing. Ban renang pun sudah ditiup dan siap dibawa.. Sekitar jam 9 pagi, saat semua sudah siap dan anak-anak bersiap naik mobil tiba-tiba dapat kabar duka kalau opa (kakak tertua ibu mertua) meninggal dunia. Innailahi waina ilaihi rojiun...
Bagaimana ini? Hubungan kami dengan opa sangat dekat sekali. Bahkan secara adat Opa adalah papi angkat saya. Saat menikah, karena saya bukan orang Lampung, maka secara adat saya diangkat anak oleh beliau, saya memanggil beliau dengan sebutan Papi.

Sepertinya acara ulang tahun Harsya harus batal nih..
"Cha...opa meninggal.... gimana kalau renangnya nanti sore aja atau minggu depan. Kue ulang tahun nya kita tiup dirumah aja ya..." dengan wajah pasrah dan kecewa Harsya mengangguk..." Ya udah...." Hm...kasian Harsya, padahal justru tiup lilin di Water Park itu yang dia inginkan..

Tiba-tiba kakak ipar saya berkata "Udah..kalian dan anak2 pergi aja berenang sekarang. Kasian anak-anak udah pada siap, nanti kecewa. Opa juga kan baru dimakamkan selepas ashar nanti (karena masih menunggu anak dan cucu-cucu termasuk adiknya yaitu mertua saya yang kebetulan sedang di luar kota),  jadi pulang dari Water Park nanti masih sempat mengantar Opa ke makam" Wah..gimana ya? sebenarnya  saya bingung, tapi ada benarnya juga...

Akhirnya berangkatlah kami buru-buru ke Water Park agar Harsya bisa tetap merayakan acara ulang tahunnya sesuai rencana. Sementara kakak ipar yang tadinya rencana ikut serta, langsung mewakili keluarga berangkat kerumah duka. Tapi saya memutuskan tidak ikut berenang untuk menghemat waktu agar bisa secepatnya kerumah duka dan bisa ikut mengantar papi ke pemakaman.

Ini dia suasana Ulang Tahun Harsya di Citra Garden Water Park

Harsya and sepupu-sepupu

dengan bunda, nenek Rusni, ma'atu (tante), mbak dan sepupu-sepupu tersayang :-)
  
Potong kuenya...:-)
 
Wah..Harsya nggak sabar makan langsung tart dari pisaunya..untung pisau plastiiik :-)


cium sayang dari Bunda...wah Harsya udah mulai ogah dicium bunda nih...malu yaa udah besar :-)
sebelum renang pake sunblock duluu.... :-) *Harsya ogaahh Buun :p




Pasukan bajak laut siaaap.......! hehehehe

 Harsya and Syifa bergaya di bawah kapal bajak laut :-)
Syifa "my cute little girl"
Harsya "The bday Boy"

Love you always...kids..

19 Oktober 2011

Pawai Festival Krakatau

Hari Sabtu tgl 15 Oktober lalu, pulang mengantar Harsya di tempat les nya, saya rencana mampir ke mal. lumayan ada waktu 2 jam sambil menunggu Harsya les. Maklum..kalau menunggu Harsya pulang les pasti anak-anak minta ikut ke mal, alhasil bukannya dapat yang dicari malah sibuk nemenin anak-anak bermain seperti biasa :-).

Melewati Lapangan merah di Enggal ,terlihat keramaian yang tidak biasa, ada rombongan bapak-bapak berpakaian adat Lampung, deretan pemain Drumb Band yang sedang bersiap-siap di pinggir lapangan, dan terlihat sekitar 5-6 ekor  Gajah sedang merumput (emang gajah merumput ya.. hehe, asal) di dalam lapangan.

Wah..saya langsung ingat Syifa..pasti Syifa senang banget kalau saya ajak melihat Gajah. Saya membatalkan rencana ke mal dan memutar mobil kembali ke rumah untuk menjemput Syifa. Lagipula kalau nekad ke mal sekarang dijamin saya nggak akan bisa keluar dari mal untuk menjemput Harsya nanti, karena jalanan pasti  macet terhalang pawai. Ya, saya baru ingat tepat jam 2 akan ada pawai dalam rangkaian acara Festival Krakatau 2011.

Betul aja, Syifa antusias banget saya ajak keliling lapangan beberapa kali utk melihat gajah dr kejauhan. sebenarnya udah rencana parkir, supaya bisa melihat gajah dari dekat, tapi ah..nanti Harsya pasti marah kalau nggak diajak. Walaupun Harsya sudah pernah beberapa kali sih..liat gajah langsung pas ke kebun binatang  bareng teman-teman sekolahnya. Syifa juga sudah pernah melihat gajah di Taman Safari tapi waktu itu usianya masih terlalu kecil.

Keluar dari tempat les jam 2 pas, rencana mau parkir ke Lapangan Enggal, tapi ups....dari kejauhan terlihat jalanan sudah pernuuuh... dengan lautan manusia! Jalan menuju ke Lapangan juga sudah di tutup oleh Polisi.

Rasanya kalau nekad bawa mobil harus menunggu pawai agak jauh baru bisa parkir. padahal pawai ini start nya hanya beberapa ratus meter dari rumah. Akhirnya saya putuskan parkir mobil dirumah dan berjalan kaki menuju tempat pawai bergerak. Walaupun Harsya ngomel-ngomel karena harus jalan kaki, tapi akhirnya dia ikut juga. Kami jalan sedikit dan memotong dari Hotel Enggal di dekat rumah agar lebih cepat sampai ke lokasi.

Begitu sampai ke lobby Hotel, wah..ternyata Lobby penuh dengan peserta pawai yang sedang bersiap2. Langsung saja Harsya dan Syifa bunda suruh bergaya bersama peserta pawai, walaupun Harsya agak terpaksa (seperti biasa..Mr. Harsya nggak suka difoto :-)
Senyum terpaksa Harsya :-)
Keluar dari Hotel Enggal, sudah terlihat peserta Pawai berbaris rapi dan bersiap memulai Pawai. Kami berjalan cepat lebih jauh ke depan, ke arah Bunderan Patung Gajah (Bunderan air mancur dengan patung gajah yang menjadi icon nya kota Lampung, tepat di tengah kota Lampung, tempat start pawai) agar bisa melihat Gajah lebih dekat. Tapi ternyata pawai sudah mulai bergerak perlahan-lahan, jadi akhirnya saya memutuskan tidak jadi ke barisan Pawai paling depan, karena cuaca yang terik sekali. Kasihan Harsya dan Syifa kelelahan. Harsya sedikit kecewa karena awalnya dia hanya antusias karena ingin lihat gajahnya, tapi akhirnya dia menikmati juga melihat deretan peserta pawai dengan pakaian yang luar biasa bagusnya.

Ini dia sebagian foto-foto Pawai yang sempat saya ambil di sela-sela camera Blackberry yg error karena lambat (yang di jepret apa, hasilnya apa : p) dan camera digital yang sebentar-sebentar harus di delete memory nya karena full penuh dengan video rekaman hasil karya Harsya dan Syifa yang nggak jelas :p
Hopla..!

Syifa bergaya :-)


Atraksi fave Syifa, Atraksi Bendera
Lumayan kan? walaupun nggak sempat lihat Gajah dan Atraksi Drum Band, cukup puas deh bisa lihat Pawai Festival Krakatau dari dekat. Saya ingin anak-anak bisa merasakan melihat pawai secara langsung sebagai bagian pengalaman masa kecilnya... Kalau sudah besar atau di kota Medan nanti mungkin nggak bisa sering-sering lihat pawai karena lokasinya yang jauh dari rumah. Ini kan salah satu keuntungan tinggal di kota yang tidak terlalu besar, bisa merasakan nonton pawai secara live... hehehe...

Jadi kenang-kenangan Harsya -Syifa nanti kalau sudah besar ya nak.. :-)

6 Oktober 2011

Another Storm or...

26 Sept 2011, Senin menjelang sore..Manager saya, Nadra, mengirim bbm, isinya kemungkinan dalam waktu dekat saya segera harus pindah ke Medan. Seharusnya VP (Vice President) meminta saya pindah October ini, tapi Nadra meminta waktu sampai November. Dan ini adalah assignment.

November? Tapi ini sudah bulan September akhir…oh God..

Saya sebenarnya tidak terlalu kaget dengan keputusan ini. Dari awal saya ditugaskan di bagian Training Specialist atau CS Development sejak kira2 setahun lalu, posisi saya memang harusnya ada di kota Medan di Kantor pusat Regional utk wilayah West (Sumatera Area) . Tapi Perusahaan memberikan kebijaksanaan kepada saya utk tetap stay di Lampung karena kondisi keluarga saya yang tidak mungkin pindah ke Medan (Saat itu suami masih kerja seperti biasa walaupun dalam kondisi berobat).

Persoalan pindah ke Medan ini sudah menari2 di benak saya sejak setahun lalu…dan baru sedikit mulai serius saya pikirkan setelah bulan Mei kemarin… walaupun dalam hati saya jawabannya 75% saya tidak siap.

Sekitar bulan November 2010, Saat saya bertugas 10 hari di Medan, saya bertemu dengan VP saya yang sangat baik hati dan care. Sikapnya sebagai atasan yang rendah hati dan welcome selalu membuat saya salut. Pak Agus Simorangkir namanya.

Beliau waktu itu berkata, “kenapa kamu tdk pindah ke Medan saja, disini kamu lebih mudah mengobati suami, jarak Medan-Penang kan lebih dekat drpd Lampung-Singapore. Biaya berobat ke Penang pun lebih murah daripada di Singapore” .

Waktu itu saya sampaikan tidak mungkin pindah ke Medan karena kami tidak punya keluarga dekat yang bisa kami titipkan anak-anak kalau kami ke Singapore, dan lagipula suami saya masih punya aktifitas kerja di Lampung. Saat itu Pak Simo tidak memaksa, walaupun saya tahu sebagai atasan beliau bisa saja memaksa saya utk pindah ke Medan dgn alasan profesional. Tapi beliau tidak lakukan itu. Terima kasih atas pengertiannya Pak..

Akhir Mei 2011, Kira2 dua minggu setelah saya kembali beraktifitas normal sejak suami meninggal, Manager Regional Lampung Area, Mas Standish, memanggil saya keruangannya. Beliau baru saja kembali dari meeting di Medan dengan seluruh Management dan salah satu Direktur perusahaan kami dari Jakarta. Beliau kembali menanyakan kemungkinan saya utk pindah ke Medan… Rupanya saat meeting koordinasi di Medan, Direktur mempertanyakan posisi saya yang ditempatkan di Lampung, bukan di Medan. Saat itu Pak Simo mem- back up saya, namun beliau juga berkata akan segera memikirkan kemungkinan saya utk pindah ke Medan.

Saya bingung… baru 2 minggu dlm kondisi ditinggal suami. Tentu saya belum siap utk semua perubahan ini. Jadi saya jawab, saya tidak punya keluarga dekat di Medan yang bisa diajak tinggal dirumah. Saya bingung harus menitipkan anak-anak pada siapa kalau saya keluar kota, saya tidak berani meninggalkan mereka berdua hanya dengan pembantu saja. Bagaimana kalau ada apa-apa dengan anak-anak.
Dan Alhamdulilah lagi-lagi management tidak memaksa… hanya memberi wanti-wanti, bahwa suatu saat saya harus mulai bersiap2 karena kemungkinan saya tetap akan diminta ke Medan. Begitu juga yang disampaikan Nadra beberapa waktu kemudian saat ia berkunjung ke Lampung.

Dan sekarang…hari ini…

Tidak ada lagi jawaban tidak. Ini adalah assignment. Perintah. Artinya bila saya menolak utk pindah ke Medan, maka saya harus mencari posisi lain di divisi lain agar bisa tetap ada di area Lampung. Pilihan sulit….saya suka sekali dengan pekerjaan ini. Bahkan saya mulai menemukan passion disini. Menjadi trainer adalah hal menarik yang baru saya pelajari. Kalau saya harus ke divisi lain, belum tentu saya enjoy dengan pekerjaan itu. Dan apakah divisi lain juga bisa menjamin saya tidak dipindah ke kota lain?

saya stress sekali… Bahkan mata saya berkaca-kaca di meja kerja saya menahan tangis.
I think maybe this is another storm in my life….

Nadra sudah menyampaikan dengan bahasa yang sangat hati2 kepada saya, karena dia tau pasti saya akan sulit menerima. Ya memang ini sulit sekali….. bukan untuk saya, saya tidak ada masalah dengan kota Medan. Saya punya banyak sahabat sejak SMP yang kebetulan tinggal disana. Saudara juga sebenarnya ada beberapa. Saya yakin saya akan betah di Medan.

Tapi bagaimana dengan Harsya dan Syifa? Saya tidak tega mereka harus jauh dari lingkungan masa kecil mereka. Jauh dari sepupu-sepupu, om-tante yang selama ini selalu hadir di tengah keluarga kami. Di Medan nanti mereka pasti kesepian sekali, Tidak ada sepupu dan keluarga dekat. Baru saja ditinggal ayahnya, mereka sudah harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Pasti mereka akan terguncang.

Belum lagi siapa yang bisa saya andalkan bila saya tugas keluar kota berhari-hari. Selama ini di Lampung saya sudah sangat nyaman. Anak anak tidak pernah kesepian. Keluarga suami semua selalu siap membantu.

Dan… saya akan sangat jauh sekali dari alm. suami… saya tidak bisa sering2 berziarah ke makamnya.. hikss…

This is just too soon for me.. I’m not ready to change my life yet..
Oh God what should I do…
*********
26 Sept 2011, Malam hari

“Bunda, bunda kenapa..?” 
Harsya dan Syifa heran melihat raut wajah bundanya yg dari tadi bingung dan muram. Hmm… Bunda sedang bingung nak…
“ Nggak ada apa apa ….”
Semalaman saya tidak berhenti memikirkan masalah ini. Bingung. .

Apa sebaiknya saya pindah saja ke divisi lain dulu, paling tidak sampai anak-anak sdh agak besar dan saya sdh lebih siap utk hidup mandiri? Walaupun itu artinya saya harus rela melakukan pekerjaan baru yang sepertinya tidak sesuai dengan minat saya? Tapi saya nggk boleh cengeng kan..mungkin saya bisa mencoba. Siapa tahu hal baru itu tidak sesulit yang saya bayangkan.

Atau apa saya coba mencari lowongan di perusahaan lain? Siapa tahu ada posisi yang lebih pas dengan minat saya. Atau mungkin sebaiknya saya buka usaha sendiri saja agar tidak tergantung dengan perusahaan? Bukankah banyak orang yg berhasil dengan berani keluar dari zona nyamannya dan ternyata sukses dengan usaha nya sendiri?

Ah..Tapi untuk single parent seperti saya rasanya terlalu spekulasi utk saat ini. Rasanya pasti berat kalau memulai suatu usaha baru dalam situasi seperti ini. Kalau nggak mau dibilang nekad.

Lagipula saya sudah bekerja di perusahaan ini selama 11 tahun. Semua dimulai dari bawah, saya sudah mendapatkan salary yang cukup lumayan dan berbagai fasilitas kesehatan dijamin oleh perusahaan. Saya enjoy sekali dengan pekerjaan saya. Sayang sekali rasanya kalau semua ini saya tinggalkan hanya karena saya takut utk memulai hidup baru di kota dan lingkungan yang baru..?

Saya harus berani. Saya kan tidak punya pilihan untuk berhenti bekerja seperti teman2 lain yang posisinya harus dipindah divisi ke luar kota sehingga memutuskan keluar dr perusahaan. but me? sebagai orang tua tunggal saya harus tetap berjalan. Saya harus berkarir disini, mungkin ini saatnya saya utk berkembang. Keluar dari zona nyaman saya di Lampung. Mungkin inilah saatnya saya pindah ke kota yang lebih menjanjikan karir utk saya.

Tapi bagaimana dengan anak-anak? Apa anak-anak saya tinggal di Lampung saja ya? atau……….. di Aceh? Tiba-tiba terbersit sebuah ide cemerlang..

Ya…. Kalau saya khawatir anak-anak di Medan kesepian, tidak ada yang mengawasi, Kenapa tidak saya titipkan saja anak-anak di Banda aceh dengan mama dan kakak2 saya? Dirumah mama ada kakak saya dan anak2nya. Harsya pasti senang sekali serumah dengan Popon, abang sepupunya. Syifa juga pasti senang ada Fasya kakak sepupunya yg usia nya cuma selisih 2 th. Dan yang terpenting Banda Aceh kan tidak jauh dari Medan. Mungkin saya bisa pulang setiap 2 minggu sekali ke Banda Aceh untuk menengok anak-anak…

Tapi…kasian mereka harus kehilangan kasih sayang saya, setelah baru saja kehilangan ayahnya. Apa ini tidak terlalu berat buat mereka ya... Tapi bukankah banyak ibu-ibu lain yang juga harus berpisah dengan anaknya karena tuntutan pekerjaan.?

Ah, mereka pasti bisa. Mereka akan mengerti selama saya bisa menyampaikan dan memberi pengertian kepada mereka. Mereka bukan anak-anak cengeng. Lagipula ini mungkin tidak berlangsung seterusnya. Kalau saya sudah mantap di Medan, saya bisa bisa boyong mereka kesana.

Ah tiba-tiba saya menjadi begitu bersemangat…
Maybe this is not a storm, maybe this is an opportunity!

Esoknya saya menelpon mama, dan beliau antuasias sekali. Tapi beliau tidak setuju anak-anak dititipkan di Aceh. Mama Khawatir kalau mereka sering kangen atau saya kangen. Dan mama juga tidak mengijinkan saya tinggal sendirian di Medan.

Mama malah menyatakan akan ikut saya pindah ke Medan. What? Really? Wah….saya senang bangeet… tapi apa mama yakin? Memang dulu di bulan Juni mama juga sempat bilang kalau saya dipindahkan ke Medan mama siap menemani saya. Tapi saya pikir ah ..kasian mama. Beliau kan sdh punya kehidupan yang nyaman di kota Banda Aceh. Semua relasi dan kehidupannya ada disana.

Tapi mama meyakinkan kalau beliau tidak ada masalah sama sekali. Toh Medan dan Banda Aceh juga dekat. Lagipula sudah lama beliau ingin membuat rumah di Medan untuk tempat liburan keluarga.

Thanks Allah…
Saya senang sekali, terima kasih Ma.. Mama membuat semua ini mudah buat saya. Terima kasih Allah sudah membukakan jalan untuk saya..

Sekarang tinggal bagaimana menyampaikan ini kepada ibu mertua…
Doakan ya semoga keputusan saya pindah ke Medan adalah keputusan terbaik untuk masa depan saya dan anak-anak. Amiin…

** Ayah, bunda minta ijin membawa anak-anak pindah ke Medan ya… I hope you don’t mind..

25 September 2011

Jika Aku diberi Kesempatan Membesarkan Anakku Sekali Lagi

Dari sebuah email :

"Seandainya aku bisa membesarkan anakku sekali lagi,
aku akan lebih dahulu membangun harga dirinya dan baru membangun rumah baginya.

Aku akan lebih banyak memakai jari untuk melukis bersamanya,
daripada memakai jari untuk menuding kesalahannya.

Aku akan lebih sedikit mengoreksi dan lebih banyak membangun koneksi.
Aku takkan banyak memerhatikan jam, tapi lebih banyak memakai mataku untuk memerhatikannya.
Aku akan lebih banyak berjalan-jalan dan menerbangkan lebih banyak layangan bersama anakku.

Aku akan berhenti bersikap terlalu serius dan lebih banyak bermain dan bercanda dengannya.
Aku akan lebih banyak memeluk dan bukan membentak.

Jika anda membahagiakan anak-anak anda sekarang, anda akan membuatnya berbahagia 20 tahun mendatang, karena kenangan indah yang direkam diingatannya merupakan fondasi yang kuat bagi kebahagiaannya."

Terkadang ada orang tua yang hanya mementingkan kebutuhan anak secara materi, tetapi mengabaikan kasih, perhatian serta kedekatan dengan anak.

Kita tidak bisa memutar waktu dan mengulangi masa-masa lalu. Perlakuan kita terhadap anak ketika mereka masih kecil, akan menentukan menjadi anak-anak seperti apa mereka kelak.

Sebab itu jangan sia-siakan kesempatan yang ada untuk mengukir kenangan yang indah dengan anak untuk membangun karakter mereka.

Marilah kita memperhatikan dan mendidik anak-anak kita dengan baik
******

*Untuk Harsya dan Syifa, maafkan bunda bila sering tidak sabar ya...

21 September 2011

Sebelum Kita Menghakimi

Cerita ini diadopsi dan dimodifikasi dr Buku Stephen R. Covey :
'Seven Habits of Highly Effective People'.

Semoga menjadi renungan kita untuk tidak terburu-buru menilai dan menghakimi tindakan seseorang tanpa tahu alasan sebenarnya dibalik tindakannya tersebut…..
 
********
Dalam suatu perjalanan, kereta api memperlambat lajunya dan berhenti di suatu stasiun. Naiklah seorang ibu dengan dua anaknya yg masih kecil-kecil ke dalam salah satu gerbong. Penumpang sudah cukup padat. Beruntung sang ibu dan kedua anaknya bisa mendapatkan tempat duduk.

Awalnya kedua anak kecil itu duduk tenang. Tak lama kemudian, mereka mulai berlarian sambil berteriak-teriak. Mereka juga naik ke tempat duduk, menarik bacaan para penumpang. Keduanya membuat suasana jadi gaduh dan tidak nyaman.

Setelah cukup lama menahan diri, seorg bapak yg duduk di sebelah sang ibu menegur, "Kenapa anda membiarkan saja kedua anak anda membuat ribut dan mengganggu seisi gerbong?"

Seakan baru tersadar, sang ibu menjawab perlahan, "Saya masih bingung bagaimana menjelaskan kepada mereka begitu kami sampai di RS utk menjemput jenazah ayahnya."

Ternyata sang ibu baru saja diberitahu bahwa suaminya sudah menjadi jasad di RS karena meninggal dalam kecelakaan. Dia dan anak-anaknya sekarang dalam perjalanan ke RS.

Seketika si bapak yang bertanya terdiam. Segera dari mulut ke kuping tersebar informasi tsb dan semua penumpang yang tadinya merasa terganggu, berganti iba dan simpati. Alih-alih marah kepada anak-anak yang gaduh dan ibunya yg terlihat cuek, sebagian penumpang malah mulai ikut bermain dan bercanda dgn kedua anak itu.

Setelah mengetahui persis apa yang terjadi, reaksi penumpang berbalik 180 derajat.

Demikianlah dalam kehidupan. Mengetahui lengkap dibanding hanya sebagian, sangat mungkin membuat perbedaan respon seseorang terhadap suatu masalah/kejadian.

Di saat anda ingin marah, jika memungkinkan, cobalah tahan sejenak dan cari tahu lebih banyak. Dengan tambahan informasi, mungkin kemarahan anda jadi batal sehingga tidak muncul penyesalan kemudian..

Saatnya menulis lagi

Hmm..
Entah sudah berapa puluh kali saya membuka blog ini, mencoba menulis sesuatu, tapi yang terjadi hanya berakhir dengan menutupnya kembali tanpa melakukan apa-apa. Kadang sedikit blog walking utk mencari inspirasi, walalupun sebenarnya gak perlu inspirasi apa-apa karena yang ada di kepala ini sebenarnya sudah lebih dari cukup utk dituangkan ke dalam tulisan. Ada banyaaaak... sekali cerita yang belum sempat saya bagi disini.

Beberapa sudah saya tuangkan dalam bentuk draft, tapi belum di publish karena memang belum selesai. Oh God.....ternyata memang menulis itu butuh semangat, kemauan dan konsistensi ya? Sekali berhenti sulit utk memulainya lagi.

Banyak teman bertanya, blognya udah jarang di update ya?
Ah yaa.. yang punya blog lagi kehilangan semangat tuk menulis nih..ditambah kesibukan pekerjaan yang melelahkan, daaan....kebingungan memulai postingan dengan kata-kata seperti apa, cerita dari sisi apa. Aah.. too much thinking. Padahal sebenarnya hanya perlu menulis. Tidak perlu terlalu memikirkan bagus tidaknya tulisan. yang penting hanya menulis, toh nanti bisa di edit kan?

Ayo Bunda...ini saatnya utk mulai menulis lagi.
Semangaat :-)

6 Agustus 2011

Ya Allah...Harsya.......:-(

“Ya Allah….. Harsyaaaa…..”
Jantung saya terasa berhenti berdetak, rasanya ingin saya menangis sekuat2nya!
Tapi saya berusaha berpikir positif. I take a deep breath. Saya katakan dalam hati “I’m sure he is alright”. Semoga ini tidak seperti yang saya bayangkan.

25 July 2011. Pukul 18.00
Saya baru menyelesaikan sesi training hari ke 7 di Hotel Kurnia 2, tempat saya mengajar basic training customer service untuk para new hire di perusahaan saya. Saya menelpon driver keluarga yang biasa mengantar jemput. Tapi suara yang menyambut di seberang sana adalah suara kakak ipar saya. Kanjeng Uun begitu saya memanggilnya.

“ Eng…ini . sedang itu....ngantarin… Harsya” Nada suara ipar saya tsb terdengar sangat aneh . Penuh keragu-raguan. Perasaan saya tidak enak.

“Harsya? antar Harsya kemana? “ saya berusaha tenang sambil membereskan tas laptop dan memasukkan flash disk, mouse dan laptop ke dalamnya.

“Itu..Harsya tadi jatuh dari sepeda…”
Deg! Perasaan saya makin tidak enak. “Jatuh dari sepeda? Terus…? “
“Sekarang lagi di tempat rontgen”
“Rontgen?? ?“
“Iya, ini tangannya… takutnya patah”

Astaghfirullaaah……jantung saya mulai berdetak lebih kencang. Saya menarik nafas dalam, berusaha tidak panik. Harsya anakku….terbayang wajah putra kesayanganku itu sedang menahan sakit…Ya Allah…semoga tidak separah yang kubayangkan.

“Kondisinya gimana? “ tanya saya
“Ini diem aja… belum mau ngomong apa-apa” Ya Allah..semakin tak karuan rasanya perasaan saya.

“Harsya…ini bunda mau bicara, Harsya mau bicara sama bunda ya?”
Alhamdulilah saya mendengar suara Harsya di seberang sana menjawab lirih.
“Harsya gimana? Jatuh ya? Apanya yg sakit? …Harsya nggak papa kan? Nggak pusing? Harsya tunggu ya, sebentar lagi bunda kesana”

Lega saya mendengar suaranya.. terdengar Harsya berusaha tegar walaupun saya yakin dia saat ini dalam kondisi kaget dan ketakutan. Suaranya seperti menahan tangis.
Saya menunggu di lobby hotel dengan gelisah. suami kanjeng Uun yang akan menjemput saya.

Handphone saya berdering lagi. Kanjeng Uun.
“Hasil rontgennya tangannya patah” kata kakak ipar saya itu.

Ya Allah….Harsyaaaaa……..! saya menjerit dalam hati. Ingin rasanya saya tidak mendengar semua ini. Ya Allah…. Please don’t do this to me … katakan hasil rontgen itu salah. Semoga ini hanya retak saja. Saya masih berusaha berpikir positif.

“Dokter rontgen bilang terserah keluarga apa mau di urut atau mau dibawa ke dr. Orthopedi. Kalau ke dokter nanti akan diberikan surat pengantar, gimana?” tanya kanjeng Uun.
“Ke dokter aja” jawab saya cepat. Saya ingin mendengar dulu diagnosa dokter. Semoga hanya retak saja, bukannya patah. Semoga ya Allah….
*********
Saya sudah tiba di parkiran rumah sakit, masih dengan busana kerja rapi dan rasa lelah dan penat. Tapi tidak terlihat mobil Harsya. "Ya Allah…,bagaimana kondisinya..saya rasanya tak sanggup untuk membayangkannya.

Tidak lama terlihat mobil escudo hitam kami memasuki halaman parkir rumah sakit. Perasaan saya sungguh tegang. Saya takut dengan pemandangan yang akan saya hadapi. Saya takut melihat kondisi Harsya lebih dari bayangan saya. Ya Allah….

Pintu mobil terbuka, terlihat Harsya duduk dengan posisi tangan kiri diangkat lurus ke depan, dipegangi oleh adik ipar saya dan suaminya. Wajahnya lemas dan pucat. Kelihatannya Harsya agak shock dengan kondisinya. Wajahnya terlihat sedikit ketakutan. Saya langsung menyapanya dan mengusap wajahnya.

“Harsya…anak bunda, sakit nak?“ Harsya mengangguk dan menjawab lirih . Harsya masih kuat berjalan pelan2 ke ruang prakter dokter sambil meringis menahan sakit… Tangan kirinya di atas siku bagian dalam terlihat memar dan seperti sedikit melesak ke dalam. Lengan bagian siku tersebut terlihat seperti lembek dan bengkak. Kami memegangi dengan hati-hati sekali. Sedikit salah posisi, Harsya akan menjerit kesakitan.
***********
Menuju ruang praktek semua mata memandangi kami. Ah….rumah sakit. Kenapa saya harus berurusan lagi dengan tempat ini. Apalagi rumah sakit ini. Baru 2 bulan lalu kami melewati masa-masa menyedihkan di ruang HCU rumah sakit ini. Ya…tempat suamiku di rawat beberapa jam sebelum meninggal..

Menunggu dokter bukan suatu hal yang menyenangkan. Saya benci suasana ini, Menunggu dokter memberikan diagnosa dan vonis sungguh suatu hal yang paling saya takuti. Bertahun-tahun mengalami ini dan harus mengalami lagi. Apalagi lebih sering kabar tidak menyenangkan yang saya terima, membuat nyali saya semakin ciut.

Saya berjalan mondar –mandir di sekitar ruang tunggu sambil menelpon mamah di aceh. Juga menelpon 2 kakak ipar di aceh yang berprofesi sebagai dokter. Ya Allah…sungguh saya bingung. Dalam hati saya sebenarnya panik sekali. Saya butuh penguatan. Apa yang harus saya lakukan…

"Ini patah bu, dan tulangnya bergeser 1 cm, cukup jauh, jadi harus dioperasi".
Ucapan dokter mematahkan harapan saya... harapan ini bisa diperbaiki tanpa tindakan operasi pupus sudah...

"Saran saya segera, karena nanti bila tulangnya tumbuh akan repot bila tumbuhnya tidak beraturan, dan proses operasi jadi lebih susah karena tulang yg tidak beraturan itu harus diperbaiki dulu"

Ya Allah... kembali saya ada di posisi ini. Pengambil keputusan.
Akhirnya saya putuskan ikut saran dokter. Operasi.
Operasi dijadwalkan besok malam seusai jam praktek dokter, dan Harsya besok mulai melakukan serangkaian persiapan operasi, mulai test darah, dan puasa.
 
to be continued..
 
*******

12 Juli 2011

I love you

You are the one who always understand my reason of anything..

You know when it's time to support me or when it's time to remind me..
I dont have to explain anything for you
Because you love me unconditionally...

With you, I just be myself....just the way I am
I miss you a lot dear…
You've been the one for me...
You’re not just my husband, you‘re my best friend ever

Rest in peace, sweetheart..
I love u always...

Lampung, 12 July 2011

5 Juli 2011

Only Time


Sixty days after you’re gone..

And I have so many time for myself…
But I have no passion of doing anything..

Many things that cross my mind…
But I can’t start of writing anything here..

Cause there’s no words can express my feelings...
Only time.... can heal my heartbreak of losing you

Lampung, 5 July 2011

15 Mei 2011

Selamat Jalan Kekasih Hati..


Assalamualaikum Ayah...
Sudah 10 hari Ayah pergi..
Di tanggal 5 bulan 5...Di hari Kamis malam Jumat
Dalam usiamu 41 tahun 41 hari..

Meski kau selalu berucap saatmu tak akan lama lagi..
Tapi aku tak pernah menyangka sekarang inilah saatnya..
Saat yang aku takuti..
Saat ku harus rela kehilanganmu...

Ya Allah..
Betapa sudah panjang perjuanganmu untuk bertahan....
2 kali operasi, 20 sesi kemoterapi, dan puluhan sesi radiasi...
Semua mampu kau lewati..

Apakah pernah kau mengeluh akan cobaan yang Allah berikan?
Tidak.. Kau sangat sabar....kau bahkan semakin soleh...
aku lah yang sering mengeluh...
Kau selalu bilang 'Istigfar bunda... Jangan pernah marah sama Allah...'

Banyak yang bilang aku wanita hebat...
mampu mendampingimu mengarungi semua ini...
Mereka salah... bukan aku yang hebat, tapi kau...
Bukan aku yang sabar, tapi kau...
Kau yang mengajarkanku artinya sabar dan ikhlas...
Kau lelaki pemberani dan tak pernah menyerah, ayah..

6 tahun perjuangan kita.... Sakit sehat silih berganti..
Apakah pantas aku meminta lagi mukjizat dariNya?
setelah Dia berkali memberikan mukjizat kesembuhanmu yang sempurna dari meja operasi,
dengan 45 jahitan di kepala, kau masih begitu gagah.
Bahkan nyaris tidak terlihat sakit..
Apakah pantas aku mengeluh?
Sementara rezeki untuk mendapatkan pengobatan terbaik selalu Allah sediakan...
ratusan juta untuk sekali kemoterapi, Subhanallah masih Allah beri kemudahan..

Apakah pantas aku marah kepada Allah?
Setelah begitu banyak hikmah selama perjalanan panjang ini....
Perjalanan haji, kesabaran, kesolehan serta keikhlasanmu..
Serta makin kuatnya ikatan cinta antara kita..
adalah hikmah terbesar dari semua cobaan ini.

Ya Allah..
Sungguh aku sadari, semakin aku mengeluh..
semakin Allah terus mengujiku..
Kadang aku bertanya...
Mungkinkah ujian ini Allah tujukan untukku... Bukan untukmu...?
Mungkinkah semua cobaan ini Allah berikan karena ibadahku yang belum sempurna...?

Aku sadar dengan cobaan ini Allah ingin jadikan kita manusia yang lebih baik...
Allah ingin menaikkan derajat kita...walau melalui ujian yang sangat berat...
Namun mungkin tanpa ujian berat ini, kita masih sibuk dengan duniawi..
Bunda akan selalu ingat nasihatmu ayah, 'Bunda, sholatlah di awal waktu...'

Kekasihku..
Kalau akhirnya kau kehilangan semangatmu...
sungguh aku tidak menyalahkanmu...
Aku tau kau sudah lelah...
Aku merasakan pudarnya cahaya semangat dari sinar matamu...

Sejak 4 bulan terakhir..
Kau selalu katakan..
"Ikhlaskan Ayah, Bunda...Ayah lebih bahagia disana..
Ayah cuma memikirkan kalian..."
Maafkan aku yang tak pernah menjawab iya...
sampai akhirnya aku ikhlaskan juga saat menjelang kau pergi...
Di jam-jam terakhir perjuanganmu..

Kekasihku...
Maafkan aku yang tidak bisa merawatmu dengan sempurna...
Maafkan aku yang selalu mengeluh...
Entah apakah sanggup aku memaafkan diriku yang tidak sempurna ini...
Kau lah yang selalu meminta maaf padaku karena sakitmu...
padahal seharusnya aku yang memohon ampun karena ketidak sempurnaanku merawatmu..

Kalau tidak menyadari betapa imanmu telah siap untuk menghadapNya...
mungkin tak akan pernah siap ku melepasmu...
Kalau tidak karena keikhlasan yang kau ajarkan padaku...
Mungkin tak sanggup kulalui semua ini...

Dulu kau pernah katakan,
ingin diantarkan ke kampung halamanmu di hari Jumat..

Sekarang kau sudah disana ayah…Kami sudah mengantarkanmu pulang,
di hari Jumat seperti keinginanmu..

Pergilah Ayah...
Kalau sekarang tiba waktumu untuk pergi.. Pergilah...
Temui Dia sang pemilikmu... Insyaallah bunda sudah ikhlas...
bunda yakin Ayah sudah bahagia disana...
Di tempatmu yang indah di Surga..
Tidak usah mengkawatirkanku...
Insyaallah aku dan anak-anak akan baik-baik saja...
Kami hanya sangat kehilanganmu dan akan sangat..sangat merindukanmu...

Selamat jalan Ayah...
Selamat jalan kekasih hati..
Bunda, Harsya dan Syifa akan selalu mencintaimu...

Lampung, 15 Mei 2011

3 Mei 2011

Untuk Anakku...

A Poem from Gabriela Mistral

Untuk Anakku

Tanganku sibuk sepanjang hari, Aku tak punya banyak waktu luang
Bila kau ajak aku bermain, Ku jawab," Ayah tak sempat, Nak".

Aku bekerja keras semua untukmu,
Tapi bila kau tunjukkan buku ceritamu atau mengajakku berbagi canda,
Ku jawab," Sebentar Sayang"

Di malam hari, kutidurkan kamu. Kudengarkan doamu, kupadamkan lampumu.
Lalu berjingkat meninggalkanmu

Kalau saja aku tinggal barang satu menit lagi
Sebab hidup itu singkat, tahun-tahun bagai berlari

Bocah cilik tumbuh begitu cepat, kamu tak lagi berada di sisi ayah
Membisikkan rahasia-rahasia kecilmu, buku dongengmu entah dimana

Tak ada cium selamat malam, tak kudengar lagi doamu.
Semua itu milik masa lalu...
Tanganku dahulu sibuk, sekarang diam
Hari-hari terasa panjang membentang

Kalau saja aku bisa kembali ke masa lalu.. menyambutmu hangat di sisiku..memberimu waktu dari hatiku

Kita melakukan banyak kekeliruan dan kesalahan, tapi kelalaian kita yang utama adalah mengabaikan anak, menyepelekan mata air kehidupan

Banyak kebutuhan kita dapat ditunda, tapi anak tak dapat menunggu

Kini saat tulang-tulangnya dibentuk, darahnya dibuat, dan nalurinya dikembangkan, Padanya kita tak dapat menjawab "Besok", sebab ia dijuluki "Hari ini"

(Gabriela Mistral ; Children Winner of Nobel Prize For Poetry).