10 Juni 2012

Visit Medan Part 2

Selasa, 1 Mei 2012. Hari ke 4 saya di Medan. 
Hari ini saya ditemani Pak Sopir dari farmasi (duh namanya siapa kok lupa, maaf Pak padahal udah cerita panjang lebar) lanjut hunting rumah dan sekolah lagi. Kami menuju kawasan setiabudi dan sekitar jalan pasar 1. Saya masih penasaran dengan perumahan-perumahan di sekitar situ. Beberapa perumahan sekitar Jl. Asoka kami telusuri. ada beberapa rumah yang kelihatannya kosong, katanya milik tetangga sebelah. Sayang nyonya rumah yang mengontrakkannya sedang tidak di tempat dan pembantunya nggak ngerti apa-apa. Ya sudah deh...

Kemudian saya mampir ke SD Islam terpadu (SDIT) Mussabihin. Anak kakak sepupu saya yang paling kecil sekolah disini. Katanya sih cukup bagus dan tidak terlalu mahal. Sebelumnya kakak-kakaknya sekolah di SDIT Shafiyatul, sekolah Islam paling terkenal di Medan. Saya sendiri sudah pernah survey by phone dan memang harganya cukup mahal. utk biaya masuk sekitar Rp. 9 juta utk SD dan 8 juta utk TK. Walaupun biaya masuk diganti kantor tapi uang SPP perbulannya lumayan juga. Saya lebih senang anak-anak sekolah di SD yang tidak terlalu mahal. Saya pikir lebih baik uangnya disimpan utk biaya kuliah saja. Bukan berarti SD nggak penting. Kalau ada uangnya Ok aja. Tapi biar puas, survey dulu deh...kalau sudah survey belum ada yang pas dengen kriteria saya baru deh saya pikir gak ada salahnya juga. Kalau mahal tapi memang bagus, why not? Yang penting konsep sekolahnya sesuai dengan keinginan saya.
SDIT Mussabihin di Komplek Setiabudi Medan
SDIT Mussabihin terletak di dalam komplek Perumahan Taman Setiabudi Indah (Tasbi). lokasinya sangat nyaman karena di dalam komplek, begitu masuk ke area sekolah, bertemu mesjid yang sangat besar dan nyaman. Saat itu kebetulan semua murid sedang sholat zhuhur berjamaan di Mesjid. Kelihatannya saya suka dengan lingkungan sekolah ini. Gedung sekolahnya sendiri tidak terlalu besar, karena memang hanya SD saja, dari kelas 1 - 6. Kelasnya masih sederhana, bangku-bangku kayu coklat seperti SD pada umumnya. tanpa AC. Kelihatannya sekolah ini layak dipertimbangkan juga. Biaya sekolahnya termasuk sangat murah. Ruang guru bersih. Konsep kurikulum islami lengkap dengan fiqih dan tafsir Al-quran, kelihatannya cocok dengan Harsya  yang saya harapkan bisa lebih memperdalam ilmu agama di sekolah. OK formulir sudah di tangan saya. kelihatannya 70% saya OK dengan sekolah ini

Tapi saya masih penasaran kalau belum survey ke SDIT Shaffiyatul. Saya merasa bersalah juga kalau nggak coba memasukkan Harsya ke sekolah terbaik (kalau Syifa masih TK masih flexible lah dimana aja). Saya akhirnya meminta pak supir menuju ke Shaffiyatul. 

Di tengah perjalanan, Dharma, teman lama saya di aceh dulu, request add contact bbm. Kebetulan dia tinggal di Medan. Dia menanyakan saya sedang ada dimana. Saya perhatikan picture profilenya dia bersama anak-anak. Saya bertanya "Anak lo sekolah dimana Dhar?"  Dia bilang "di Al Fityan". Katanya lokasinya dekat sekali dengan daerah rumah yang akan saya kontrak (kalau jadi). Sekolahnya bagus dan tidak terlalu mahal, kata Dharma. Saya langsung penasaran dan meminta alamat lengkap dan akhirnya saya dan pak Supir langsung berbelok menuju lokasi yang ditunjuk. lokasinya dekat sekali dengan rumah yang akan saya kontrak. Jalan masuknya agak sedikit berliku melewati perumahan kampung. Saya sedikit pesimis. 

Tapi begitu tiba di lokasi...Oh My God. saya langsung jatuh cinta dengan sekolah ini! Gedungnya terlihat megah dan bagus seperti kampus. Parkirannya luas, dengan lapangan bola dan basket. Area sekolah dalam 1 lingkup pagar besar yang dijaga satpam. Gedungnya bertingkat 4, baru dan bersih. Ini yang saya cari!
Al- Fityan School Medan
Saya melangkah masuk ke gedung tersebut dan bertemu dengan seorang guru memakai baju koko dan peci haji putih. Saya masuk ruang guru dengan antusias karena ingin segera bertanya mengenai pendaftaran di sekolah ini. Pak Zulfikar (nama guru tsb) menanyakan usia anak yang akan sekolah. Saat saya bilang TK dan SD Pak Zulfikar mengatakan: "Kebetulan untuk SD sudah penuh ibu...jadi harus menunggu hasil tes gelombang 1 terlebih dahulu...kalau TK masih tersedia".... Huaaa... saya langsung patah hati hiikss..

Tapi... lho... hasil tes gelombang 1? "Pak, anak saya kelas 3, bukan kelas 1 SD. sama aja ya Pak ? "
"Oh..kelas 3? berarti mutasi ya bu? coba saya cek dulu, rasanya mungkin masih ada kalau kelas 3" Pak Zul meminta rekannya untuk mencek daftar murid kelas 3 dan jawabnya,"Ya kelas 3 masih ada"
Alhamdulilaaahhh.....saya senang sekali! Harsya... Syifaa.... bunda udah dapat sekolah yang pas untuk kalian!

Saya langsung antusias membeli formulir pendaftaran dan memutuskan tidak jadi survey lagi ke Shaffiyatul. Alhamdulilah...selesai sudah pencarian saya. Saya bisa pulang ke Lampung besok dengan lega karena urusan rumah dan sekolah anak-anak sudah OK. Mamah juga kondisinya semakin membaik. Terima kasih ya Allah...  

*Tetap masih merasa bersalah kenapa selama ini nggak berusaha survey sendiri rumah dan sekolah sehingga mamah nggak perlu ke Medan hiks.. :-(

7 Juni 2012

Visit Medan

Saya tiba di Medan hari sabtu siang tgl 28 April 2012 setelah menempuh perjalanan Lampung-Jakarta dan Jakarta -Medan. Alhamdulilah cuaca sepanjang perjalanan cukup cerah. Saya dijemput Dewi, sahabat masa SMP yang sekarang berdomisili di Medan. Kami langsung menuju ke rumah sakit tempat mama di rawat.
Bertemu Dino (teman lama yg sekarang bertugas di Medan) di bandara Polonia 
dan berfoto bersama Dewi di halaman RS 

Deg-deg an rasanya sebelum melihat kondisi mama. Berbagai pikiran berkecamuk. Saya ingat masa-masa alm. suami dirawat dulu. Saat itu semua beban rasanya ada di pundak saya sebagai istri. Semua tindakan harus saya yang memutuskan. Dan itu sangat-sangat berat. Bukan berarti waktu suami sakit dulu saya menghadapinya sendirian, Alhamdulilah keluarga suami semuanya membantu (bersyukur juga kami sama-sama berasal dari keluarga besar). Namun tetap berbeda bila yang sakit pasangan hidup, kita sebagai pasangan tentu mendapat beban mental paling berat untuk menghadapi nya.

Sedangkan saat ini saya bisa berbagi sedikit ke khawatiran dengan kakak abang dan saudara lainnya. Jadi perasaan saya sedikit lebih tenang. Walaupun sempat tersirat di hati rasa khawatir yang sangat tapi kemudian saya sadar saya tidak sendirian menghadapi ini. Beban ini bisa sedikit dibagi dengan saudara- saudara yang lain. Bersyukur sekali rasanya disaat seperti ini punya banyak saudara kandung dan ipar untuk berbagi.

Walaupun dalam suasana sedih, senang rasanya bisa berkumpul dengan kakak-kakak tercinta. Saya termasuk yang jarang kumpul sama mereka semua karena sudah merantau sejak SMA. Rasanya pengen banget ada Harsya Syifa disini. cuma mereka cucu mama yang tidak ikut ke Medan.

Diapit Adik ipar (kiri), kakak ipar (tengah) dan kakak2 tercinta di Lobby RS dalam suasana lelah dan kucel setelah seharian perjalanan plus menunggu di ruang tunggu ICU RS sampai malam :-)

Hunting rumah. Selama di Medan di sela-sela jam besuk mama di ruang ICU, saya sempatkan untuk mempergunakan waktu untuk hunting rumah dan sekolah Harsya-Syifa. Hari Minggu tgl 29 April, saya ditemani Dewi hunting rumah-rumah di sekitar kawasan Perumahan Setia Budi Medan. Saya juga dikenalkan oleh temannya kakak saya di aceh dengan Kak Nova, yang berdomisili di Setia Budi untuk menunjukkan rumah-rumah yang akan disewakan. Dunia teknologi memudahkan segalanya. Saya add pin bbm kak Nova dan mulai janjian untuk hunting rumah sore itu juga berkeliling sepanjang komplek Setiabudi. lumayan  banyak rumah yang disewakan, Tapi kebanyakan full furniture dengan harga sewa antara 35-40 juta setahun. fiuh....mahal yah. Kak Nova ramah sekali. beliau juga adalah teman kakak tertua saya rupanya. Hm..saya merasa akan betah karena disini  banyak kenalan yang baik hati. 

Kak Nova di depan rumah yang disewakan lengkap dgn perabot seharga Rp. 40jt setahun
(Khusus untuk kenalan kak Nova boleh 35 juta :D)

Rumah Sepupu yang dikontrakkan
Sampai hari ini diantara semua rumah yang saya lihat saya paling pas dengan rumah kakak sepupu saya yang memang dr awal jadi prioritas utama pilihan. Rumah ini juga sudah dilihat oleh mama sebelumnya. Memang agak kecil tapi lokasinya pas di dalam komplek, dan terutama jumlah kamar cukup banyak (4 kamar) walaupun sebenarnya saya kurang sreg karena ukuran kamar yang agak kecil-kecil jadi sempat bingung membayangkan perabotan yang harus di tata.  Selain itu saya sebenarnya ingin halaman yang cukup besar seperti rumah kami di Lampung, agar Harsya-Syifa bisa bebas berenang di kolam plastik di halaman. Tapi...hm...oke lupakan taman... karena sepertinya sulit sekali mencari rumah dengan taman atau halaman dengan harga sewa 20 jutaan. Kecuali mungkin lokasinya bukan di komplek. Hmm... cukuplah hari ini sudah ada sedikit bayangan calon rumah yang akan ditempati

Hunting Sekolah. Hari Senin, 30 April, Hari ke 3 saya di Medan. Rencana hunting sekolah Harsya dan Syifa. Hari ini saya diantar oleh sopir dari salah satu perusahaan farmasi fasilitas dari abang ipar saya yang dokter. Setelah jam besuk saya menjemput abang ipar saya itu dulu di bandara Polonia, kemudian baru  saya mulai hunting sekolah bersama pak Sopir. Tujuan pertama adalah Namira Islamic School. Sekolah ini lokasinya dekat dengan perumahan yang akan saya sewa. Banyak teman-teman yang berdomisili di Medan (kenal via FB dan dikenalkan via bbm oleh teman lainnya) yang anaknya bersekolah disini. Sebelumnya saya sudah survey tentang sekolah ini dari mereka dan melalui internet. mama juga sudah kesini sebelumnya dan sudah berbicara langsung dengan guru di bagian pendaftaran. 
Namira Islamic School
Lokasi Sekolah di pinggir jalan, masuk ke dalam, tampak anak-anak berlarian usai jam sekolah. Wajah anak-anak terlihat cukup terawat dan bersih (hehe...penting nih tahu kondisi teman sekolahnya seperti apa). Saya langsung celingak celinguk melihat salah satu ruangan kelas. ruangan terlihat besar dan luas, Ac ada, tapi bangku2 terlihat berantakan dan lantai agak berdebu. Apa karena saya datang jam pulang ya jadi terkesan berantakan? Tidak tersedia locker untuk masing2 murid di dalam kelas seperti sekolah Harsya sekarang. .

Seorang anak perempuan yang cantik menyapa saya dengan ramah, "Nyari siapa tante? "  
"Eng....ruang gurunya dimana ya dek?" tanya saya. Padahal saya masih ingin celingukan melihat isi kelas itu. Dia menunjuk ramah ke ujung bangunan. "Disitu tante".

Saya melangkah ke ruang guru di bagian ujung gedung. Hm..ruang gurunya juga tidak serapi ruang guru sekolah Harsya sekarang juga ya.. Setelah bertanya soal biaya sekolah dll (yang sebelumnya juga sudah saya ketahui dari telpon) saya menuju TK dan Play Group yang bangunannya persis di depan SD. Guru TK nya sangat ramah. Untuk biaya dan kurikulum sekolah sebenarnya saya cukup sreg dengan sekolah ini. Biaya nya masih sangat terjangkau dan jam sekolah disini tidak sampai sore. Saya memang mencari sekolah yang tidak terlalu lama jam belajarnya. Karena khawatir tipikal Harsya yang males berlama-lama di sekolah. Sayang saya sedikit kurang sreg dengan suasana lingkungan sekolahnya. Halaman luas sekolah posisinya agak di belakang dan terlihat secara keseluruhan kurang menyatu . Entahlah saya merasa kurang sreg saja. Saya senang dengan sekolah yang ada lapangan besar di tengah-tengah bangunan sekolah. 

Hari ini karena saya hanya sempat ke Namira Islamic School saja, setelah itu karena sudah sore saya kembali ke RS untuk menunggui mama di ruang tunggu ICU RS. Hm...suasana ruang tunggu ICU RS ini sungguh tidak bersahabat. Tidak ada sama sekali  AC di ruangan ini, padahal banyak sekali keluarga pasien duduk menunggu beramai-ramai disini. Saya sampai bermandikan keringat saking gerahnya. Kalau hari Sabtu kemarin kami masih bisa 'ngadem' sebentar di ruang poli yang ber-AC (itupun hanya sampai siang setelah itu poli dikunci) atau di ruang lobby RS. Kalau hari minggu ini tersiksa banget karena poli tutup dan lobby depan juga tidak menghidupkan AC saat hari minggu. Mantap banget kan.. hehe...satu-satunya tempat ngadem paling nikmat adalah di mushola yang dingin dan sejuuk.....karena AC nya full dan ruangan mushola tertutup karpet tebal yang adem. Tapi sayang dilarang tidur di mushola  hehe:-) 

Menurut dokter mamah masih harus dirawat di ICU sekitar 1 minggu agar kondisinya lebih stabil. 
To be continued...

6 Juni 2012

Kita Bisa Bila Terpaksa

Setelah melewati hari-hari di bulan ini dengan perasaan campur aduk..
Sempat juga hari ini saya tuliskan di blog apa yang terjadi pada saya hampir sebulan ini sehingga blog tidak sempat saya update. 
May is coming....
Sebenarnya bulan ini adalah bulan yang paling mengharu biru buat saya. Banyak episode penting dalam hidup saya terjadi di bulan ini. Mulai dari hari pernikahan kedua orang tua  43 tahun yang lalu, hari saya diterima bekerja dan memulai karir saya di perusahaan saya sekarang 12 tahun yang lalu, hari dimana ayahanda tercinta meninggal dunia karena ditembak orang tak dikenal 11 tahun yang lalu, dan hari dimana suami tercinta akhirnya harus menyerah dengan penyakitnya dan akhirnya meninggalkan saya 1 tahun yang lalu... semua terjadi di bulan May.

Selain moment penting dan merubah sejarah hidup saya itu, pada bulan may juga adalah hari ulang tahun ibu saya, kakak tertua saya, keponakan saya, juga hari meninggalnya kakek dan ayah mertua saya.

Beberapa hari menjelang bulan may datang...perasaan saya sedikit campur aduk, ada perasaan hampa dan sedih. Mungkin terbawa memory karena teringat dengan moment kehilangan dua orang tercinta di bulan ini. Dan terutama menyadari bahwa saya sudah kehilangan belahan jiwa hampir setahun lalu.
Rasanya cepat sekali waktu berlalu...

Ditengah perasaan campur aduk ini tiba-tiba jumat siang tgl 27 April saya dapat kabar mengejutkan.
Mama saya terserang stroke di Medan!

Ya Allah Maa.... stress saya mendengarnya.
Ada rasa penyesalan menyeruak di hati. Mama ke Medan dalam rangka ingin survey rumah dan sekolah untuk saya dan anak-anak yang akan segera pindah bulan Juni ini. Selain itu juga membawa tante yang sudah lama ingin berobat ke Medan sekalian mama juga ingin mengurus tanah keluarga disana. Mama juga punya rencana berangkat umroh sekitar bulan Juni karena itu beliau ngebut ke Medan walaupun sebelumnya mama baru saja 3 hari tiba dari Jakarta. Pasti beliau capek sekali dan akhirnya darah tingginya tidak terkontrol.

Saya langsung memutuskan untuk berangkat ke Medan menjenguk mama. Padahal rencana saya minggu ini adalah minggu tenang saya utk mempersiapkan materi training di bulan May ini dan sekaligus mempersiapkan acara peringatan 1 tahun alm. suami. Tapi mama lebih penting. Abang tertua sudah duluan berangkat jumat sore itu juga. Sedangkan kakak adik ipar dan keponakan - keponakan besok pagi-pagi sekali menyusul dengan pesawat pertama dari Banda Aceh. Saya sendiri berangkat dengan pesawat pagi dari Lampung dan transit di Jakarta dahulu untuk kemudian lanjut penerbangan ke Medan. Hanya adik saya yang bungsu yang bertugas di Kalimantan yang menyusul hari Minggu, karena dia sedang interview kerja dan harus ikut Psiko test pada hari Sabtu itu.

Saya bersyukur mama hanya terkena stroke ringan dan masih sadar dan bisa berkomunikasi dengan baik, hanya kondisinya sangat lemah sehingga mama tetap perlu mendapatkan perawatan di ICU agar lebih intensif.

Selama beberapa hari saya berada di Medan saya mendapatkan banyak sekali insight. Saya menyadari bahwa selama ini sebenarnya banyak hal yang seharusnya bisa kita lakukan tapi tidak kita lakukan karena banyaknya alasan dari dalam diri kita sendiri.

Contohnya keberangkatan saya ke Medan. Sudah lama teman-teman menyarankan saya untuk menyempatkan diri datang ke Medan untuk survey langsung rumah dan sekolah anak-anak. Tapi saya selalu excuse karena saya pikir saya benar-benar nggak ada waktu lagi untuk itu. Saya harus persiapkan training, harus persiapkan acara 1 tahun almarhum ayah, harus urus bank, harus packing untuk pindahan rumah, harus ini harus itu dan lain lain dan lain lain...

Saya cuma mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari teman, keluarga, google search untuk mencari sekolah dan rumah.  Padahal diluar itu semua, saya hanya malas kalau harus jauh-jauh terbang ke Medan. Kalau nggak terpaksa rasanya malas harus berpergian jauh naik pesawat. Terlalu banyak kekhawatiran dan excuse yang saya ciptakan sendiri.

Tapi ternyata dalam keadaan terpaksa seperti ini, saya bisa memutuskan untuk berangkat tanpa banyak pertimbangan. Saya kesampingkan rasa khawatir saya untuk bisa melihat kondisi mama secepatnya. 4 hari saya di Medan, saya kembali hari Rabu 2 May ke kantor dan persiapkan training hanya dalam 3 hari. Sebelumnya untuk materi training saya delegasikan ke admin saya untuk mencopy semua materi. Saya edit soal-soal test training secepat mungkin. Ternyata tidak butuh waktu lama.

Sedangkan untuk persiapan peringatan 1 tahun alm. suami, semua dipersiapkan kakak ipar saya, mulai dari tarub (tenda), katering sampai undangan. Semua bisa berjalan dengan normal sesuai rencana. Dan acara pengajian berlangsung lancar hari Sabtu 5 May 2012 lalu.

Kami 6 orang kakak beradik yang selalu susah untuk liburan atau kumpul bersama karena kesibukan masing-masing, ternyata juga bisa berkumpul dalam kondisi darurat. Bahkan ipar dan keponakan semua bisa berkumpul walaupun bergantian (kecuali Harsya dan Syifa)

Ternyata semua bisa kita lakukan bila kita terpaksa...
*Get well soon Mom..."

ps: Anyway semua cerita  ini belum berakhir disini. Tunggu postingan selanjutnya ya