15 Mei 2011

Selamat Jalan Kekasih Hati..


Assalamualaikum Ayah...
Sudah 10 hari Ayah pergi..
Di tanggal 5 bulan 5...Di hari Kamis malam Jumat
Dalam usiamu 41 tahun 41 hari..

Meski kau selalu berucap saatmu tak akan lama lagi..
Tapi aku tak pernah menyangka sekarang inilah saatnya..
Saat yang aku takuti..
Saat ku harus rela kehilanganmu...

Ya Allah..
Betapa sudah panjang perjuanganmu untuk bertahan....
2 kali operasi, 20 sesi kemoterapi, dan puluhan sesi radiasi...
Semua mampu kau lewati..

Apakah pernah kau mengeluh akan cobaan yang Allah berikan?
Tidak.. Kau sangat sabar....kau bahkan semakin soleh...
aku lah yang sering mengeluh...
Kau selalu bilang 'Istigfar bunda... Jangan pernah marah sama Allah...'

Banyak yang bilang aku wanita hebat...
mampu mendampingimu mengarungi semua ini...
Mereka salah... bukan aku yang hebat, tapi kau...
Bukan aku yang sabar, tapi kau...
Kau yang mengajarkanku artinya sabar dan ikhlas...
Kau lelaki pemberani dan tak pernah menyerah, ayah..

6 tahun perjuangan kita.... Sakit sehat silih berganti..
Apakah pantas aku meminta lagi mukjizat dariNya?
setelah Dia berkali memberikan mukjizat kesembuhanmu yang sempurna dari meja operasi,
dengan 45 jahitan di kepala, kau masih begitu gagah.
Bahkan nyaris tidak terlihat sakit..
Apakah pantas aku mengeluh?
Sementara rezeki untuk mendapatkan pengobatan terbaik selalu Allah sediakan...
ratusan juta untuk sekali kemoterapi, Subhanallah masih Allah beri kemudahan..

Apakah pantas aku marah kepada Allah?
Setelah begitu banyak hikmah selama perjalanan panjang ini....
Perjalanan haji, kesabaran, kesolehan serta keikhlasanmu..
Serta makin kuatnya ikatan cinta antara kita..
adalah hikmah terbesar dari semua cobaan ini.

Ya Allah..
Sungguh aku sadari, semakin aku mengeluh..
semakin Allah terus mengujiku..
Kadang aku bertanya...
Mungkinkah ujian ini Allah tujukan untukku... Bukan untukmu...?
Mungkinkah semua cobaan ini Allah berikan karena ibadahku yang belum sempurna...?

Aku sadar dengan cobaan ini Allah ingin jadikan kita manusia yang lebih baik...
Allah ingin menaikkan derajat kita...walau melalui ujian yang sangat berat...
Namun mungkin tanpa ujian berat ini, kita masih sibuk dengan duniawi..
Bunda akan selalu ingat nasihatmu ayah, 'Bunda, sholatlah di awal waktu...'

Kekasihku..
Kalau akhirnya kau kehilangan semangatmu...
sungguh aku tidak menyalahkanmu...
Aku tau kau sudah lelah...
Aku merasakan pudarnya cahaya semangat dari sinar matamu...

Sejak 4 bulan terakhir..
Kau selalu katakan..
"Ikhlaskan Ayah, Bunda...Ayah lebih bahagia disana..
Ayah cuma memikirkan kalian..."
Maafkan aku yang tak pernah menjawab iya...
sampai akhirnya aku ikhlaskan juga saat menjelang kau pergi...
Di jam-jam terakhir perjuanganmu..

Kekasihku...
Maafkan aku yang tidak bisa merawatmu dengan sempurna...
Maafkan aku yang selalu mengeluh...
Entah apakah sanggup aku memaafkan diriku yang tidak sempurna ini...
Kau lah yang selalu meminta maaf padaku karena sakitmu...
padahal seharusnya aku yang memohon ampun karena ketidak sempurnaanku merawatmu..

Kalau tidak menyadari betapa imanmu telah siap untuk menghadapNya...
mungkin tak akan pernah siap ku melepasmu...
Kalau tidak karena keikhlasan yang kau ajarkan padaku...
Mungkin tak sanggup kulalui semua ini...

Dulu kau pernah katakan,
ingin diantarkan ke kampung halamanmu di hari Jumat..

Sekarang kau sudah disana ayah…Kami sudah mengantarkanmu pulang,
di hari Jumat seperti keinginanmu..

Pergilah Ayah...
Kalau sekarang tiba waktumu untuk pergi.. Pergilah...
Temui Dia sang pemilikmu... Insyaallah bunda sudah ikhlas...
bunda yakin Ayah sudah bahagia disana...
Di tempatmu yang indah di Surga..
Tidak usah mengkawatirkanku...
Insyaallah aku dan anak-anak akan baik-baik saja...
Kami hanya sangat kehilanganmu dan akan sangat..sangat merindukanmu...

Selamat jalan Ayah...
Selamat jalan kekasih hati..
Bunda, Harsya dan Syifa akan selalu mencintaimu...

Lampung, 15 Mei 2011

3 Mei 2011

Untuk Anakku...

A Poem from Gabriela Mistral

Untuk Anakku

Tanganku sibuk sepanjang hari, Aku tak punya banyak waktu luang
Bila kau ajak aku bermain, Ku jawab," Ayah tak sempat, Nak".

Aku bekerja keras semua untukmu,
Tapi bila kau tunjukkan buku ceritamu atau mengajakku berbagi canda,
Ku jawab," Sebentar Sayang"

Di malam hari, kutidurkan kamu. Kudengarkan doamu, kupadamkan lampumu.
Lalu berjingkat meninggalkanmu

Kalau saja aku tinggal barang satu menit lagi
Sebab hidup itu singkat, tahun-tahun bagai berlari

Bocah cilik tumbuh begitu cepat, kamu tak lagi berada di sisi ayah
Membisikkan rahasia-rahasia kecilmu, buku dongengmu entah dimana

Tak ada cium selamat malam, tak kudengar lagi doamu.
Semua itu milik masa lalu...
Tanganku dahulu sibuk, sekarang diam
Hari-hari terasa panjang membentang

Kalau saja aku bisa kembali ke masa lalu.. menyambutmu hangat di sisiku..memberimu waktu dari hatiku

Kita melakukan banyak kekeliruan dan kesalahan, tapi kelalaian kita yang utama adalah mengabaikan anak, menyepelekan mata air kehidupan

Banyak kebutuhan kita dapat ditunda, tapi anak tak dapat menunggu

Kini saat tulang-tulangnya dibentuk, darahnya dibuat, dan nalurinya dikembangkan, Padanya kita tak dapat menjawab "Besok", sebab ia dijuluki "Hari ini"

(Gabriela Mistral ; Children Winner of Nobel Prize For Poetry).

Jagalah Lisanmu

"Sebuah cerita untuk kita renungkan..."


 
*****

Seseorang menceritakan gosip mengenai tetangganya dan dalam beberapa hari saja, seluruh lingkungan mengetahui ceritanya. Tetangganya itu tentu saja sakit hati.

Beberapa hari kemudian, orang yg menyebarluaskan gossip tersebut menyadari bahwa ternyata gosip itu tak benar. Dia menyesal, lalu datang kpd orang yg bijaksana untuk mencari tahu apa yg harus dilakukannya untuk memperbaiki kesalahannya itu.

"Pergilah ke pasar" kata orang bijak itu, "belilah kemoceng, kemudian dalam perjalanan pulang, cabuti bulu ayam di kemoceng dan buanglah satu persatu di sepanjang jalan pulang."
Meski kaget mendengar saran itu, si penyebar gosip tetap melakukan apa yg disuruh kepadanya.

Keesokan harinya orang tersebut melaporkan apa yg sudah dilakukannya.
Orang bijak itu berkata lagi, "Sekarang pergilah dan kumpulkan kembali semua bulu ayam yg kau buang kemarin dan bawa kepadaku"
Orang itu pun menyusuri jalan yg sama, tapi angin telah melemparkan bulu-bulu itu ke segala arah.

Setelah mencari selama beberapa jam, ia kembali hanya dgn tiga potong bulu.
"Lihat kan?" kata orang bijak itu, "sangat mudah melemparkannya, namun tak mungkin mengumpulkannya kembali, begitu pula dgn gossip. Tak sulit menyebarluaskan gossip, namun sekali gossip terlempar, 7 ekor kudapun tak dapat menariknya kembali."
*******

Saya jadi ingat sebuah petuah berharga, bahwa sebelum kita menceritakan tentang orang lain, ada hal yang harus kita tanyakan pada diri kita:

1. Apakah kita yakin betul bahwa berita itu benar?
2. Seandainya pun berita itu benar, Apakah ada manfaatnya kita ceritakan hal tsb utk org itu?
Bila jawabannya adalah tidak, alangkah lebih baik kita memilih untuk menjaga lisan kita...

Insyaallah...