23 Juni 2009

Apa Artinya Keluarga ?

Saya menabrak seorang yang tidak dikenal ketika ia lewat. "Oh, maafkan saya" adalah reaksi saya.. Ia berkata, "Maafkan saya juga; Saya tidak melihat Anda." Orang tidak dikenal itu, juga saya, berlaku sangat sopan. Akhirnya kami berpisah dan mengucapkan selamat tinggal.

Namun cerita lainnya terjadi di rumah, lihat bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang kita kasihi, tua dan muda...

Pada hari itu juga, saat saya tengah memasak makan malam, anak lelaki saya berdiri diam-diam di samping saya. Ketika saya berbalik, hampir saja saya membuatnya jatuh. "Minggir," kata saya dengan marah. Ia pergi, hati kecilnya hancur. Saya tidak menyadari betapa kasarnya kata-kata saya kepadanya.

Ketika saya berbaring di tempat tidur, dengan halus Tuhan berbicara padaku, "Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, kesopanan kamu gunakan, tetapi anak-anak yang engkau kasihi, sepertinya engkau perlakukan dengan sewenang-wenang.


Coba lihat ke lantai dapur, engkau akan menemukan beberapa kuntum bunga dekat pintu." "Bunga-bunga tersebut telah dipetik sendiri oleh anakmu; merah muda, kuning dan biru. Anakmu berdiri tanpa suara supaya tidak menggagalkan kejutan yang akan ia buat bagimu, dan kamu bahkan tidak melihat matanya yang basah saat itu. "Seketika aku merasa malu, dan sekarang air mataku mulai menetes.

Berpikir Positif

Sebuah kisah nyata..., Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu. Cuma ada satu masalah, ibu yg pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki dirumah, hal ini mudah sekali terjadi terjadi dan menyiksanya. Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya.

Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu..

Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan "Ibu itu kemudian menutup matanya. "Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?" Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yg murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya. Virginia Satir melanjutkan,
:"

17 Juni 2009

Pertanyaan-pertanyaan Harsya

Sejak Harsya mulai beranjak besar, banyak pertanyaan2 polos yg dilontarkan kpd ayah dan bunda. kadang2 pertanyaan yg sama diulang bbrp kali. Kadang terdengar begitu lucu walaupun dilontarkan dgn begitu serius.

Ayah dan bunda berkomitmen utk selalu menjawab pertanyaan Harsya seremeh atau seberat apapun. Bunda nggk mau rasa ingin tahunya lama2 hilang karena ayah bundanya tidak merespon pertanyaannya dgn baik. Bukankah dengan bertanya anak belajar ttg dunianya?

Sering Ayah bunda kewalahan menjawab pertanyaan Harsya yg kemudian dibalas dgn pertanyaan, pertanyaan dan pertanyaan berikutnya..... biasanya bunda akan terus menjawab sampai pertanyaan terakhir dan diakhiri dgn ucapan khas dari Harsya ”Ooo......”
nah itu tanda pertanyaannya sudah terjawab semua :-)

Tapi bukan sekali dua kali bunda kesal jg dgn pertanyaan2 Harsya, sering begitu spontannya dikeluarkan saat bunda sdg repot melakukan sesuatu, dan harsya tipe anak yg akan terus bertanya sebelum pertanyaannya terjawab...kalau sdh begini kadang2 bunda jawab singkat2 dgn ekpresi sedikit kesal...dan kalau ayah dengar pasti ayah akan menggoda ”ingat bunda....jgn sampai tidak merespon pertanyaan anak” hehe... itu wejangan bunda dulu utk ayah.

Ini sebagian dari ingatan bunda ttg pertanyaan2 lucu harsya

1. Bunda, ketinggalan jaman itu apa sih? Jaman itu udah lama? Jaman itu udah gak ada sekarang? Kalo ketinggalan jaman kita malu?



2. Bunda,knp kalau org udah mati jadi tengkorak? Di dlm badan kita ada tengkoraknya? Tengkorak yg bikin kita berdiri, jalan, lari? Tapi kenapa tengkorak itu jahat? (mm...efek nonton sinetron nih..)

3. Bunda, Siapa yg buka mata kita kalau udah pagi? Kok acha nggk dengar?
Otak kita kok tau kalo udah siang? Otak gak tidur? Otak itu dimana? Otak itu yg bukain mata kita? Perintahnya bisik2?

2. Bunda, orang barat itu apa sih..? Indonesia itu bukan barat? jakarta itu luar negri? Lampung itu indonesia? Pertanyaan ini yg akhirnya membuat bunda mengeluarkan atlas (yg memang bunda hadiahkan utk Harsya dulu) dan menjelaskan ttg pulau, laut, bumi dan negara2. dan Syifa ikut antusias menunjuk2 atlas sambil ngoceh ”ini orang barat....ini orang barat....ini orang barat” hihi..lucu sekali!

5. Tentang nyamuk
Harsya : Bunda, kenapa kalau kita tidur nyamuk nggk berani gigit kita? Karena kita dikira mati? Bunda : lho,siapa bilang nyamuk nggk gigit kita kalau lagi tidur, justru nyamuk paling suka gigitin kita kalo lagi tidur, kan kita nggak sadar kalo digigit nyamuk
Harsya: tapi kok lagunya ”kalau tidak bobo’ digigit nyamuk.......”
Bunda : Uups......

Ah….semua lontaran pertanyaan2 itu adalah saat2 yg sangat menyenangkan bagi bunda.

7 Juni 2009

Catatan Seorang Suami..

Bila malam sudah beranjak mendapati Subuh, bangunlah sejenak.
Lihatlah istri Anda yang sedang terbaring letih menemani bayi Anda.
Tataplah wajahnya yang masih dipenuhi oleh gurat-gurat kepenatan karena seharian ini badannya tak menemukan kesempatan untuk istirahat barang sekejap.
Kalau saja tak ada air wudhu yang membasahi wajah itu setiap hari, barangkali sisa-sisa kecantikannya sudah tak ada lagi.

Sesudahnya, bayangkanlah tentang esok hari.
Di saat Anda sudah bisa merasakan betapa segar udara pagi, tubuh letih istri Anda barangkali belum benar-benar menemukan kesegarannya.
Sementara anak-anak sebentar lagi akan meminta perhatian bundanya, membisingkan telinganya dengan tangis serta membasahi pakaiannya dengan pipis tak habis-habis.
Baru berganti pakaian, sudah dibasahi pipis lagi. Padahal tangan istri Anda pula yang harus mencucinya. Di saat seperti itu, apakah yang Anda pikirkan tentang dia?

Masihkah Anda memimpikan tentang seorang yang akan senantiasa berbicara lembut kepada anak-anaknya seperti kisah dari negeri dongeng?
Sementara di saat yang sama, Anda menuntut dia untuk menjadi istri yang penuh perhatian, santun dalarm bicara, lulus dalarn memilih kata serta tulus dalam menjalani tugasnya sebagai istri,termasuk dalam menjalani apa yang sesungguhnya bukan kewajiban istri tetapi dianggap sebagai kewajibannya.

Sekali lagi, masihkah Anda sampai hati mendambakan tentang seorang perempuan yang sempurna, yang selalu berlaku halus dan lembut?