22 Desember 2010

Happy 8th Anniversary sweetheart...



Today is 22 december 2010
 

 it's our 8th wedding anniversary
but this time we are away..
 

Happy  anniversary my sweetheart....
Wish I could celebrate this day, 
nestled in your warm embrace...
 

Here’s wishing us … 
many more years of togetherness! 
Amiiin……

26 November 2010

Aku Ingin...

Aku ingin waktu kembali ke masa lalu..

Saat awal ku mengenalmu..
Aku ingin perbaiki semua waktu yang terbuang sia-sia..
Yang kita lewatkan dengan percuma..

Aku ingin setiap detik dari hari-hari itu kita lalui seperti hari-hari kini…
Saling mengerti, saling setia, saling menjaga dan saling mengingatkan…
Aku ingin kau menjadi dirimu yang sekarang tapi di masa lalu
Aku ingin menjadi diriku yang sekarang juga di masa lalu..
Masa lalu yang cukup panjang kita lalui bersama..

Masa lalu sebelum semua yang terjadi pada kita saat ini…
Aku tak ingin melalui kerikil tajam, gelombang pasang dan semua badai ini
untuk sampai ke masa kini
Aku tak ingin melalui semua itu…

Walaupun mungkin semua itu yang mengantarkan kita ada disini, kita di masa kini..
Aku ingin melewati masa kini bersamamu bahkan hingga waktu tak terhingga..
Aku mohon Tuhan beri aku kesempatan untuk menyayangi mu sampai batas waktu tak terhingga..

My Mind is Somewhere Else…

Here I am…
Sitting in front of my desk. Looking at my notebook.
Just me. And my mind...

Every body around me is talking and laughing
There’s something funny they’re talking about.

I just smile … don’t know what supposed to do
coz my mind is not really there.

I’m here... but my mind is somewhere else…

19 November 2010

Pahlawan Ditengah Bencana

Indonesia adalah negara rawan bencana. Mengapa? Indonesia dikepung tiga lempeng tektonik dunia juga dilewati jalur The Pasific Ring of Fire (Cincin Api Pasifik), yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Indonesia memiliki titik gempa terbanyak di seluruh dunia.

Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia tentu kita merasa sedih dan prihatin dengan banyaknya bencana yg sering terjadi di tanah air tercinta Indonesia, Setelah diterjang gempa dan tsunami dahsyat di Aceh tahun 2004, kita masih bertubi-tubi dilanda gempa, gunung meletus, banjir, dan tanah longsor. Akhir tahun 2010 ini kita diuji dengan berbagai bencana secara beruntun. Setelah banjir yang menelan banyak korban di Wasior, kembali bencana gempa dan tsunami terjadi di Mentawai diikuti meletusnya gunung Merapi

Saya selalu kagum dgn teman-teman yang dengan sigap menggalang dana untuk korban bencana. Rasa prihatin mereka tidak hanya terhenti sebatas prihatin dan sedih saja, tapi juga menggerakkan mereka untuk melakukan sesuatu, mengumpulkan dana, makanan, pakaian, obat-obat2an, susu, biskuit dan lain-lain. 

Dengan sigap mereka menginformasikan nomor rekening utk penggalangan dana, menyediakan basecamp untuk pengumpulan pakaian dan barang-barang, menginformasikan contact person yang bisa dihubungi dll. Sungguh saya kagum saya dengan mereka, mereka tidak hanya menunggu pemerintah turun tangan, tapi dengan kesadaran penuh mereka lakukan apa yang bisa mereka lakukan. Ya, untuk apa kita menyalahkan pemerintah sedangkan kita sendiri tidak melakukan apa-apa. Apa karena kita merasa itu bukan tugas kita? Atau karena kita mengganggap itu sudah menjadi tugas pemerintah dan lembaga terkait saja? Miris kadang-kadang mendengar beberapa komentar sinis yang bernada negatif.

Selain mereka yang sigap mengumpulkan dana dan keperluan untuk korban, banyak juga yang membantu dengan cara terjun langsung ke daerah bencana. Padahal kondisi dan situasi di tempat bencana masih sangat rawan dan berbahaya. Tapi ada banyak relawan yang bersedia mempertaruhkan nyawa untuk melakukan itu semua. Mereka datang dari bermacam kalangan. Ada yg berasal dari masyarakat sekitar, ada yang dari team SAR, POLRI, TNI, bahkan ada yg khusus datang dari jauh utk memberikan bantuan baik dari instansi pemerintah maupun swasta. Perjuangan mereka tidak mudah. Memberikan bantuan kepada korban bencana mungkin adalah tindakan menantang maut.

Masih ingat beberapa relawan yg nyaris tewas setelah kapal mereka tenggelam di dekat kepulauan Mentawai? Mereka berencana membantu korban gempa dan tsunami Mentawai yg tidak mendapat fasilitas listrik. Ada lagi belasan relawan Merapi yang nyaris diterjang lahar panas, mereka sedang berusaha membantu evakuasi warga kota Selo untuk turun ke bawah. Sementara itu seorang relawan PMI dan 5 orang relawan lainnya menjadi korban keganasan awan panas. Tutur, nama relawan PMI itu, tewas terkena awan panas ketika akan menjemput Mbah Maridjan dari rumahnya di lereng Merapi. Luar biasa keberanian mereka, walaupun harus dibayar dengan harga yang sangat mahal, nyawa mereka sendiri. Dan juga peristiwa yang sangat menyedihkan yaitu jatuhnya pesawat POLRI bersama 5 anggota POLRI setelah memberikan bantuan kepada korban banjir di Wasior. Perjuangan dan pengabdian mereka menurut saya sangat luar biasa...


Masih banyak lagi relawan-relawan lainnya yang membantu dengan cara yang lain. Salah satunya
Bapak Mulyadi warga Desa Winong, Kec. Boyolali Kota, Jawa Tengah. Ia rela berbagi ruang dengan para pengungsi. Ia menyediakan rumahnya yang ”hanya” memiliki empat kamar untuk sekitar 125 pengungsi bencana Merapi asal Kecamatan Selo dan Cepogo, Boyolali. Luar biasa bukan? belum tentu kita akan rela melakukan hal yang sama bila berada di posisi beliau.

Mungkin ada banyak Tutur dan Mulyadi lainnya dan yang tidak terekspose oleh media. Ribuan jumlah mereka. Mereka berdatangan menuju daerah bencana dengan satu tujuan. Menyelamatkan dan memberikan bantuan kepada para korban. Mereka rela menyediakan waktu, tenaga dan bahkan berani mempertaruhkan nyawa demi kemanusiaan.

Apakah mereka melakukan semua itu dengan terpaksa? Saya rasa tidak. Walaupun tidak sedikit pihak yang mencemooh dan menganggap tindakan para relawan dilakukan atas dasar materi. Atau bahkan ada juga yang menganggap tindakan mereka konyol. Tapi bagi saya tidak, apalagi bagi para korban bencana. 

Bagi para korban bencana, mereka adalah dewa penolong, mereka semua adalah pahlawan, pahlawan di tengah bencana. Apakah mereka layak mendapat imbalan untuk semua itu? Ya, mereka pantas mendapatkan imbalan yang lebih bernilai dari hanya sekedar materi. Mereka pantas mendapatkan pahala yang tak ternilai harganya dan Insyaallah mereka yang gugur menjadi para syuhada penghuni Surga.


Sanggupkah kita bertindak seperti mereka? Belum tentu...Tapi paling tidak kita bisa belajar meneladani sikap peduli, rela berkorban dan jiwa kepahlawanan mereka. Semoga..*Tulisan ini ikut serta dalam kuis makna hari pahlawan ditengah bencana

2 November 2010

Uang Jajan untuk Merapi

Pulang kantor, Harsya menghampiri dan berkata :
"Bun, tadi Acha nggak jadi jajan, karena teman-teman menyumbang untuk Merapi. Harsya juga ikut nyumbang.... teman-teman ada yang menyumbang ada yang nggak Bun.... "

Mulianya anakku... ada pilihan untuk menyumbang atau tidak, dia pilih menyumbang. .Terbersit rasa bangga  dan haru di hati. Teringat pagi-pagi sekali sebelum berangkat sekolah dia yang biasanya tidak saya bekali uang jajan, khusus meminta uang jajan kepada saya karena ingin membeli sesuatu. apa saja. yang penting jajan.

" Bun, hari ini Acha jajan ya Bun...teman- teman sering jajan di sekolah, Acha juga mau jajan"kata Harsya pagi ini. Sudah 2 minggu dia seperti ini. Minggu lalu juga khusus minta uang jajan karena ingin membeli minuman kotak di sekolah. Katanya sehari sebelumnya dia mencoba minuman milik temannya yang dibeli di kantin sekolah.

Harsya jarang sekali jajan, Saya memang tidak memberinya uang jajan khusus karena khawatir dengan jajanan yang ada di sekolah. Walaupun di kantin sekolahnya tidak banyak jajanan aneh-aneh dan saya juga melarangnya jajan di luar halaman sekolah. Apalagi dia sudah membawa bekal setiap hari. Hanya kadang-kadang saja Harsya jajan, biasanya bila saya menjemputnya. Melihat wajah saya nongol di sekolah untuk menjemputnya langsung terdengar suara teriakannya:" Buuun...jajaaan...!" ya, biasanya hari Sabtu, karena setiap hari Sabtu sayalah yang mengantar dan menjemputnya sekolah. Dan jajanan yang dia pilih paling hanya 2 bungkus permen atau coklat. termasuk untuk Syifa. Tidak lebih dari seribu atau dua ribu rupiah.

Hari ini Harsya saya berikan uang 1 lembar dua ribu rupiah dan Syifa sudah pesan dibelikan juga sesuatu, apapun itu :-) Dan ternyata uang jajan itu dia relakan untuk Merapi. Bangganya saya....Apalagi katanya dari seluruh teman sekelasnya hanya 8 orang yang menyumbang. Entahlah mungkin teman-temannya yang lain juga tidak diberi uang jajan oleh orangtuanya. Kalau sumbangannya diedarkan kemarin juga mungkin Harsya termasuk yang tidak menyumbang karena memang tidak memegang uang.

Ditengah rasa bangga dan haru saya tiba-tiba...

"Bun...Tapi nanti beliin kaset PS ya... kan tadi nggak jadi jajan?

Hahaha.... ! saya baru sadar kalau Harsya memang baru 7 tahun. Mungkin dia belum sepenuhnya mengerti apa tujuan dia menyumbang. Waktu saya tanyakan Acha meyumbang untuk Merapi karena apa, karena kasian ya? jawabnya: "Acha kira kalau Acha nyumbang , bunda mau beliin kaset PS buat Acha" (dari kemarin dia merengek-rengek minta kaset PS yang baru dibelinya hari sabtu lalu diganti, karena baru sekali digunakan sudah rusak, tapi tidak saya ijinkan).

"Jadi Acha tadi  nyumbang bukan karena kasian? tapi karena minta dibeliin  kaset PS? "

Jawabnya: "Nggak tau. Eh, karena dua-duanya Bun... iya karena dua-duanya"

"Bun... kalau uangnya 3 lembar itu berapa Bun? 
"Tergantung Cha... kalau seribuan berarti tiga  ribu, kalau dua ribuan berarti enam ribu.. kenapa?"
"Tadi Acha liat Ardi uangnya 3 lembar, jadi abis nyumbang Ardi juga jajan. Rizki juga Bun, abis nyumbang Rizki juga Acha liat jajan.."

Gubraaak...hehe. maaf ya Cha, Bunda cuma kasih Harsya satu lembar uang dua ribuan...Jadi nggak ada sisa untuk jajan. Tapi Bunda makin bangga sama Harsya. Walaupun cuma punya 1 lembar, Harsya relakan satu lembar itu untuk menyumbang. Walaupun konsekuensinya Harsya nggk bisa jajan. 
I'm so proud of you!

23 Oktober 2010

Ulang Tahun Harsya

20.10.2010
Tanggal cantik.. tanggal ulang tahun Harsya yang ke 7. Harsya mau dirayakan di kolam renang lagi seperti tahun lalu, dengan birthday cake gambar Spiderman lagi seperti tahun lalu. wah wah...... apa nggk bosan Cha?

Tahun ini ulang tahun Harsya dirayakan dirumah Alif, sepupunya. Karena Pak Batin dan Ina Batin (panggilan Harsya untuk orang tuanya Alif) sekalian hajatan walimatu safar utk naik Haji. Birthday cake Harsya tahun ini gambar Lion King. Sesuai namanya Harsya kan...Raja Harsya alias King Harsya hehe...

Padahal sebenarnya pilihan jatuh ke Lion King karena gambar print sugar yang tersedia terbatas untuk anak laki-laki, adanya hanya Spiderman, Toy's Story, Cars, Mickey Mouse, Donald bebek dan Pooh. Harsya nggak mau yang lain kecuali Spiderman. Persis seperti tahun lalu. Untung masih ada Lion King, setelah dibujuk Bunda dengan penjelasan nama King sama dengan nama Raja, baru deh Harsya semangat pilih Lion King. .. hehe...

Lucunya Syifa selalu bilang:  "Nanti Syifa diundang ya Cha...nanti Syifa bawa kado...yang beliin Bunda.." :-)

Nah...ini dia foto-foto ulang tahunnya Harsya...

Senyum terpaksa..soalnya Harsya nggk suka difoto! :-)

Harsya panik mau tiup lilin, soalnya sebelumnya lilinnya ditiup duluan oleh tamu kecil di sebelah kanannya hehehe...
Yuuuk..bunda bantu potong kuenya sama-sama...

Alif, Syifa dan Harsya belepotan kue..
Happy Birthday Harsya...Ayah Bunda love you so...much!

23 September 2010

Ditraktir Harsya Pizza!

Hmm…yummy! hari ini bunda ditraktir pizza nih sama Acha

Awalnya Harsya minta di orderin Pizza, tapi kebetulan bunda pulang kantor tadi lupa nggak ambil uang di ATM padahal isi dompet tinggal beberapa lembar untuk belanja besok, dan bunda juga capeek… banget kalau harus keluar rumah dan nyetir mobil untuk ke ATM lagi.

“Duh…Bunda lagi nggak ada duit Cha, bunda lupa ambil uang di ATM tadi, coba tanya ayah.

Hmm...rupanya ayah juga sama, lupa ke ATM!

Tiba-tiba “Bun, kan ada uang THR Acha Bun di dompet. pake itu aja” kata Harsya
“Lho, itu kan buat beli NDS Cha? nanti duitnya kurang buat beli NDS”

Harsya diam, wajahnya mikiir…menimbang2
“Nggak papa deh Bun, Harsya juga nggk terlalu suka NDS, Acha mau beli pizza aja”
duueng…dueeng….dasar Acha gembul, dia lebih milih Pizza daripada NDS! hahahaha…… !

Jadilah Bunda ditraktir Pizza hari ini sama Acha. makasih ya Cha…
waktu disinggung ‘ini pizza Acha yang beliin lho…’ hmm..wajahnya senyum-senyum bangga!

Note: NDS adalah Nintendo DS.permainan game seperti game watch  

22 September 2010

Ramadhan yang sedih...

Ramadhan tahun ini bagi saya sangat berbeda..

Ramadhan tahun ini kami lewati dengan perasaan tak menentu.. Rencana melewatkan lebaran Idul Fitri di kampung halaman tercinta Banda Aceh pun batal.

Biasanya setiap kali memasuki bulan Ramadhan, malam taraweh pertama menjadi moment yang tak ingin dilewatkan oleh siapapun, termasuk saya dan suami.. Tapi malam itu kami lewatkan dengan perjalanan tergopoh-gopoh dari Mount Elizabeth Hospital menuju Changi airport di Singapore untuk mengejar flight terakhir ke Jakarta.

Kami tiba di Cengkareng pukul 11 malam dan baru sampai di rumah kakak ipar saya di daerah cibubur sekitar jam 1 pagi. Saya sendiri baru bisa tidur sejam setelahnya karena harus memilah-milah isi koper lagi, besok saya langsung mengikuti training selama 3 hari di Jakarta.

11 Agustus 2010. Sahur pertama…hmm...saya teringat dengan Harsya..
Rencananya tahun ini Harsya mulai puasa full sehari penuh. Kasihan membayangkan Harsya harus merasakan sahur pertamanya di Ramadhan tahun ini tanpa ayah dan bunda.

Selepas sahur, suami langsung menuju Cengkareng utk perjalanan ke Lampung dgn flight pagi, sedangkan saya langsung menuju kantor untuk training. Tidur hanya 2 jam membuat mata saya susah sekali diajak bekerja sama. Capek dan lelah…. Bukan hanya fisik, terutama hati. Terbayang hari2 ke depan yang akan kami lewati.. .. Ya Allah..… mampukah kami….

Sahur kedua, ketiga dan ke empat saya lewatkan di hotel...
Ramadhan hari ke empat baru saya bisa merasakan berbuka bersama keluarga di Lampung. Ah..senangnya, walaupun masih di rumah mertua, karena Harsya dan Syifa selama ditinggal ke Singapore kami titipkan di rumah neneknya. Kami sengaja tidak buru-buru pulang ke rumah sendiri, agar bisa sekaligus menemani mama mertua, karena baru Ramadhan tahun ini kami tidak berpuasa bersama mama karena sudah menempati rumah sendiri akhir tahun lalu.

Minggu ke dua Ramadhan.
Alhamdulilah.. akhirnya bisa merasakan sahur dan berbuka di rumah. Ramadhan kali ini Harsya sudah full puasa sampai magrib. Harsya puasanya pinter, tidak pernah merengek. Tapi suka usil minta disuapin kue atau makanan sama Syifa. Sengaja menunggu reaksi bunda negur, lalu ketawa terbahak-bahak. Pernah juga jam 4 sore Harsya tiba-tiba azan serius banget…. saya udah tahu ini pasti ada maksudnya. Selesai azan Harsya lari berteriak ‘bukaaaa…….!’ Hahahaha…. Tingkah lucu Harsya bikin stress bunda hilang.

Minggu ketiga Ramadhan.
Ah...kami sudah harus berangkat ke Singapore lagi. Menjalankan ibadah puasa di negeri orang memang tidak enak, apalagi di Singapore kami tidak pernah mendengar suara adzan sama sekali. Suasana Ramadhan sama sekali tidak terasa. Saya sahur sendirian hanya dengan makanan instant dan roti saja. Untunglah dekat tempat kami menginap ada sebuah mesjid besar yang bagus. Namanya masjid Al-Falah.

Saat berbuka disana disuguhkan kurma, buah-buahan, susu, dan makanan lengkap (waktu itu nasi briyani lengkap dengan daging kare).
Nikmat sekali rasanya berbuka bersama dengan saudara-saudara seiman. Walaupun tidak saling mengenal kami makan nasi sama-sama dari nampan besar. berbagi lauk bersama. Sungguh suasana yang luar biasa.


 Walaupun ingin, sayang tidak setiap hari saya sempat berbuka disana. Malah selama seminggu di Singapore saya hanya sempat berbuka 1 kali saja disana.

Di Singapore jadwal sholat taraweh cukup malam, karena sholat isya saja baru dimulai sekitar jam 20.15, kalau dibanding Lampung dan Jakarta cukup malam juga. Dan karena kondisi tidak memungkinkan, saya tidak sholat taraweh di masjid, saya hanya sholat taraweh di apartment. Hari terakhir disana saya sudah niat akan bela-belain sholat taraweh di masjid Al Falah, sayang saya malah berhalangan. Syukurlah 10 hari terakhir ramadhan bisa kami lewatkan di tanah air bersama keluarga.

Sepuluh hari terakhir Ramadhan 
Tak sekalipun saya sempat sholat taraweh di mushola dekat rumah. Kondisi suami yang kurang sehat tidak memungkinkan. Kami hanya melaksanakan sholat taraweh dirumah saja. Sedih rasanya melihat orang berbondong-bondong melaksanakan taraweh. Suami yang biasanya rajin menjalankan sholat magrib dan isya di mushola Al-Manar dekat rumah, terpaksa kali ini tidak bisa ikut taraweh disana. Padahal saya yakin dia sangat merindukan mushola itu.

Selain ibadah yang kami rasa tidak sempurna, dan batalnya lebaran di Banda Aceh tahun ini, ada alasan lain kenapa Ramadhan kali ini menjadi Ramadhan yang sedih. Ramadhan kali ini kami lewatkan dengan penuh rasa cemas dan prihatin. Masih terngiang-ngiang vonis dokter di Singapura yang dgn tegas menusuk jantung kami. Belum lagi angka-angka belasan ribu dollar yang harus kami keluarkan untuk sekali pengobatan. Ya Allah….mampukah kami…

Akhir tahun lalu saat kami pindah ke rumah milik kami sendiri ini, saya sudah berangan-angan untuk menatanya dengan beberapa perabot baru yang rencananya akan saya wujudkan pada lebaran tahun ini. Namun sayangnya keinginan itu harus saya lupakan dulu untuk saat ini... Ada prioritas lain yang harus saya dahulukan. Saya yang sejak kecil terbiasa hidup berkecukupan, sekarang harus merasakan bagaimana rasanya hidup hemat. Harus banyak bersabar dan menahan diri. Kalau biasanya saya jor-joran membeli kue-kue kering dgn harga mahal setoplesnya untuk lebaran, kali ini cukup 3 macam dengan harga yang murah saja. Saya harus belajar prihatin, ini semua cobaan buat kami…

Ingin rasanya mengeluh...tapi banyak orang diluar sana yang saya yakin nasibnya jauh lebih buruk dari kami. Saya harus belajar lebih banyak melihat kebawah, bukan ke atas.

Dan anehnya setelah mengalami semua ini, saya baru menyadari bahwa benda-benda materi itu ternyata tidaklah terlalu penting. Memang sangat manusiawi setiap manusia tentu ingin tampil lebih, terasa menyenangkan kalau semuanya serba baru, serba wah, ... Tapi apakah kemewahan itu begitu penting?

Setelah dipikir-pikir sebenarnya saya memang tidak perlu bermewah-mewah. Memakai sepatu lama yang masih layak pun tidak menjadi masalah. Bahkan saya baru menyadari masih ada beberapa pasang sepatu yang jarang sekali saya gunakan sejak dibeli. Perabotan rumah setelah saya tata ternyata masih cukup indah dan menarik. Kue-kue lebaran yang berlimpah biasanya masih tersisa banyak setelah lebaran berlalu. Saya yang memang sengaja tidak membeli kue-kue basah karena harganya yang mahal, alhamdulilah dapat kiriman kue dari rekan kerja yang baik hati, dan beberapa lagi dari klien suami. Saya jadi menyadari kadang-kadang kita manusia memang lebih sering mengutamakan hawa nafsu. Padahal apa yang kita miliki sekarang masih cukup bagus dan layak…

Ya Allah... dibalik kesedihan Ramadhan yang kami rasakan ini saya hanya bisa berusaha bersyukur, semoga tersimpan banyak makna dan hikmah yang Engkau tunjukkan bagi kami. Amiin..

26 April 2010

Salah Kaprah?

Ada yang menarik saat saya mengikuti pertemuan antara orang tua calon murid dan sekolah dlm rangka sosialisasi psikotest sbg salah satu syarat penerimaan murid di SD yang akan Harsya masuki. Sebelum mengikuti Psikotest , salah satu tes yang harus dilalui adalah tes akademik, yaitu meliputi tes membaca, menulis, berhitung dan bahasa Inggris. Dimana nilai rata2 untuk ke 4 tes ini haruslah minimal 75.

Yang menarik saat pihak sekolah mengatakan bahwa sebenarnya untuk tahap TK tidak ada kurikulum dimana harus diajarkan membaca, menulis dan berhitung,



karena yang namanya TK adalah tempat bermain. Salah kaprah itu kalau lulus TK anak diwajibkan sudah bisa membaca, menulis dan berhitung. Sudah salah besar pendidikan kita ini…..begitu kata beliau, persis seperti sebuah tulisan seorang praktisi pendidikan di salah satu harian yang pernah saya baca, dimana sebenarnya fungsi TK adalah sesuai namanya : Taman Kanak-kanak, artinya tempat bermain dan bersenang-senang. Di TK tidak seharusnya ada kurikulum pelajaran membaca, menulis atau berhitung. Kalaupun ada mungkin fungsinya hanya pengenalan huruf-huruf dan angka-angka saja.

Lalu dimanakah seharusnya anak belajar membaca, menulis dan berhitung?
Jawabannya tentu saja di Sekolah Dasar. Lalu bagaimana kalau untuk persyaratan masuk ke Sekolah Dasar saja harus melalui tes membaca, berhitung dan menulis?

Pihak sekolah tadi menyampaikan, bukan kami mengharuskan syarat masuk SD harus bisa membaca,menulis dan berhitung, tetapi TK-TK sekarang semua sdh mengajarkan membaca, menulis dan berhitung, lalu kalau kami diberikan pilihan untuk memilih anak didik mana yang akan masuk ke sekolah kami, tentu kami pilih yang terbaik kan? , ya salah satunya yang sudah bisa membaca,menulis dan berhitung. Jadi bukan kami yang minta, tapi karena seleksi harus ada, maka membaca, menulis dan berhitung adalah salah satu bentuk seleksi kami untuk memilih yang terbaik.

Wah…jadi membingungkan ya…?

Apa bukan sebaliknya karena semua SD memberikan syarat calon anak didik yang masuk ke SD nya harus sudah bisa membaca, menulis dan berhitung maka para guru TK berlomba-lomba mengajarkan anak didik mereka membaca menulis dan berhitung?

Seharusnya kalau tidak mau system pendidikan kita ini makin salah kaprah, setiap SD tidak boleh menjadikan kemampuan membaca,menulis dan berhitung menjadi salah satu syarat penerimaan di sekolahnya bukan? Otomatis bila syarat itu tidak ada, maka pasti TK-TK juga tidak akan memaksakan kurikulum bisa membaca, menulis dan berhitung di TK mereka.

Yang terjadi sekarang, kalaupun di TK anak-anak tidak diajarkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung (dimana seharusnya hal ini benar dan tidak salah kaprah), tetapi konsekuensinya anak-anak tersebut harus mengikuti les diluar sekolah khusus membaca, menulis dan berhitung agar bisa lolos tes akademik masuk ke SD.

Yang akhirnya menjadi korban adalah anak-anak kita, masa-masa di TK yang seharusnya diisi dengan bermain dan bersenang-senang, harus mereka lewati dengan tugas-tugas berat dan les-les tambahan.. Bukan hanya anak yang stress tapi juga orang tua yang harus mengeluarkan biaya ekstra.

Jadi….kalau sudah begini siapa yang salah kaprah ya?

15 April 2010

It’s really not easy being a working mom


“Ya Allah, berikanlah aku kemudahan dalam menjalankan tugasku menjadi seorang ibu, istri dan karyawan”.

Saya tuliskan kalimat diatas pada status facebook saya kemarin. Bukan sekedar do’a,  tapi lebih pengungkapan emosi.  Emosi bukan karena  saya  marah, tapi karena saya merasa sedih, kecewa dan sedikit tidak berdaya.

Saat menemani Harsya tes akademik kemarin, saya menerima belasan missed call di Hp yang mencari saya karena ada meeting dadakan.  Saya sama sekali tidak melihat Hp karena konsentrasi dengan test akademik Harsya.  Lagipula saya pikir saya sudah minta ijin dari kantor jadi saya yakin mereka tidak akan mencari-cari saya.

Dalam kondisi seperti ini saya merasa sangat tidak berdaya. Di satu sisi saya ingin menjalani peran saya sebagai seorang ibu ,mendampingi  Harsya menjalani hari pentingnya .  Saya tau pasti Harsya really need me in this situation. Harsya sangat mengandalkan saya.  Kehadiran Bundanya is everything for him.
Namun di sisi lainnya saya tahu bagaimanapun saya harus bersikap profesional.  Meskipun saya sudah meminta ijin, namun saya juga tidak bisa bersikap semaunya. 

Untungnya saya masih sempat mengikuti meeting dadakan tersebut walaupun harus terburu-buru dan sedikit panik.  Saya sampai menangis lho…saking stressnya :-(

Alhamdulilah.. Harsya sudah selesai menjalani test akademiknya.  Dia tidak tahu kalau hari itu bundanya  mengalami stress dadakan..

Its really not easy being a working mom… yes it is !

11 April 2010

Jus Tomat

"Bunda, harusnya Acha nggak usah sekolah kemaren.

"Lho, kenapa Cha?"
"Kemaren di sekolah bikin jus tomat, dicampur pake gula, susu, trus dikasih es. Acha kan nggak suka tomat, bun... teman-teman Acha ada yang suka, ada juga yang minumnya nggak habis. Tapi Acha nggak minum jus nya, Acha bilang aja sama bu guru, nggak boleh sama bunda"

"Lho, kok Bunda?" 
"Ya, bunda kan nggak bolehin Acha minum es banyak-banyak kan? kata bunda Acha kemarin kebanyakan minum es, terus jadi batuk kan?"

"Tapi kalo di sekolah kemarin dikasihnya es krim, ya Acha bilang boleh sama Bunda" :-)

25 Maret 2010

Selamat Ulang Tahun Suamiku....

Hari ini 25 maret 2010.
Ulang tahun ke 40 suamiku… tidak ada acara istimewa walau sebenarnya aku ingin memberikan sesuatu yang special. Tapi kau bilang tak perlu dirayakan, tak perlu kado, biasa-biasa saja.
Setiap tahun memang begitu. Kau tak pernah mau ulang tahunmu dibesar-besarkan. Malah biasanya kau memilih berpuasa di hari itu. Setiap kali aku bertanya mau dibelikan kado apa? Jawabmu tak usah, bunda. Walau biasanya tetap aku memaksa . Aku pasti tetap membelikanmu sesuatu. Pernah aku hanya memberi kado sebuah kemeja saja, dompet, jam tangan atau pernah juga sebuah HP karena aku tahu kamu butuh Hp baru. Tahun lalu aku malah ngotot sekali membelikanmu laptop. Walaupun tidak kau ijinkan, aku tetap berangkat ke mal dan membawa pulang sebuah laptop untukmu. Karena aku tahu betapa bergunanya benda itu nanti untuk menemani hari-hari sendirimu, waktu itu.

Tahun ini, harusnya tahun paling special, karena memasuki usia kepala 4. Banyak orang bilang ”Life begin at 40”. Aku ingin membuat hari ini special untukmu tapi katamu seperti biasa, tak usah bunda. Aku juga ingin memberimu kado special tapi aku sendiri bingung apa yang kau butuhkan…rasanya tak ada. Kalau aku tanyakan aku yakin jawabnya kau tak butuh apa-apa..

Jadi aku hanya memberikan ini…
Sebuah ucapan terima kasih kepadamu yang telah mendampingiku selama hampir 16 tahun sebuah perjalanan yang panjang buat kita ya? 16 tahun yang penuh dengan suka duka, tangis dan tawa, susah dan senang…semua kita lewati dengan tidak mudah… kadang-kadang kita sama-sama emosi, kadang kita sama-sama kecewa, kadang aku dan kau begitu keras kepala.. syukurlah semua itu tidak mengurangi perasaan sayang kita..

Kita berdua tahu….16 th yang kita lewati tidak mudah… mulai dari masa pacaran hingga menikah..sering dulu aku berdoa agar Allah merubahmu menjadi orang yang sabar, soleh dan bijaksana. Dan sekarang.. Allah telah mengabulkan doaku, bila dulu aku yang sering mengingatkanmu utk sholat sebelum habis waktunya, kini kau yang selalu mengingatkanku untuk sholat di awal waktu. Kalau bukan dirimu yang memberiku keyakinan untuk segera menunaikan ibadah haji, mungkin saat ini aku masih asyik dengan duniawi. Indah bukan apa yang Allah berikan dibalik cobaanNya untuk kita? Cobaan-cobaan yang Dia berikan membuat kita menjadi semakin dekat…

Suamiku, di hari ulang tahunmu hari ini, aku tidak memberimu apa-apa…
Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih karena kau telah setia berada di sisiku….telah memberiku keluarga yang membuat hidupku menjadi begitu lengkap.. walaupun aku belum menjadi istri dan ibu yang sempurna, terima kasih karena kau telah mengajarkanku artinya sabar dan ikhlas… terima kasih telah menjalani hidupmu denganku. Terima kasih telah melengkapi langkah-langkah dalam hidupku.. Tetaplah berada di sisiku, mendampingiku melewati semuanya..

Aku hanya berdoa di hari ulang tahunmu ini, semoga Allah memberikan yang terbaik dalam hidupmu, mendengarkan semua permintaanmu dan mengabulkan setiap nafas doa yang selalu kau panjatkan dengan khusyuk setiap kali selesai sholat… Mungkin kau tidak tahu..tapi aku selalu berdoa kepada Allah..

Ya Allah, kabulkanlah semua doa yang dipanjatkan oleh suamiku, berikanlah semua yang terbaik baginya, balaslah semua amal kebaikanku dengan kebahagiaan suamiku…Ijinkanlah kami dan anak-anak menjalani hidup kami dalam kebahagiaan dan ridhoMu Ya Allah…
Amin ya Robbal Alamin…

13 Maret 2010

48 jam di Banda Aceh

Pertengahan Januari 2010 saya berkesempatan utk mengunjungi Banda Aceh, kampung halaman tercinta. Kesempatan yang sempit krn tujuan utama kepergian saya adalah ke Medan utk menghadiri meeting di kantor Regional. Sejak saya meninggalkan kota ini pd tahun 1990 sudah berkali2 saya pulang dan biasanya kepulangan itu direncanakan dgn matang karena berkaitan dgn libur sekolah atau libur semester dan itu bisa terjadi setiap 6 bulan sekali.


Namun semenjak saya bekerja, menikah dan memiliki anak, kesempatan utk menjenguk kampung halaman jauh berkurang.Selain disibukkan dengan mengurus anak2 , juga kesulitan mengatur jadwal cuti yang terbatas.


Sejak bekerja, saya sempat pulang 2 kali pada thn 2001 yaitu saat kakak saya menikah dan saat ayah tercinta meninggal dunia. Bahkan sejak menikah pada tahun 2002, saya baru sempat pulang kembali pd tahun 2004, tepat sebulan sebelum Tsunami yaitu November 2004 dan kemudian pd bulan Juni 2007 saat adik laki-laki saya menikah. Dua kepulangan terakhir ini saya membawa serta keluarga plus ibu mertua yang ingin sekali melihat kota Banda aceh yang penuh sejarah. Medan sudah begitu dekat dari aceh.
Sebenarnya saat tau akan ada meeting di Medan, saya tidak lalu antusias ingin mampir ke Banda aceh, bukan apa-apa, selain karena waktu yang sgt terbatas, rasanya tdk lengkap krn tdk bersama keluarga. Ditambah lagi bbrp tahun terakhir ini saya termasuk orang-orang yang tidak suka lagi naik pesawat terbang, itu kalau tidak mau dibilang penakut hehe… .malah mungkin sepertinya alasan terakhir itu yang lebih dominan :-)

Tapi ketika ibu saya menanyakan kenapa saya nggak sekalian mampir ke aceh? Hm…. saya pikir iya, kenapa nggak? Sayang sekali kalau saya sia-sia kan kesempatan ini. Bukan hanya ingin melihat kota Banda Aceh yang katanya sudah begitu maju, tapi yang terpenting melepaskan kangen dengan keluarga tercinta. Maklum, diantara 6 bersaudara hanya saya dan adik terkecil yg masih tinggal diluar Banda aceh. Saudara lainnya semua kembali ke kampung halaman setelah merantau sekian tahun.

Saya tiba di Banda Aceh tgl 16 Januari sekitar pukul 1 siang. Dengan pesawat yang terbang sambil manuver kiri kanan terutama saat berputar di atas laut. Rasanya dekat sekali jarak jendela pesawat dgn lautan. Kalau kata org aceh ‘sebeng kiri kanan’ hahaha….mungkin pilotnya mantan pilot pesawat tempur tapi Alhamdulilah cuaca cerah sekali, dan saya berasa santai di pesawat karena walaupun manuver tapi terasa gerakannya mantap.

Wow…Bandara Sultan Iskandar Muda sudah berubah total. Sebenarnya nggak terlalu surprise karena sebelumnya saya sudah dengar kalau bandara memang sudah sangat bagus, apalagi sekarang menyandang predikat bandara international.
Sambil menuju tempat pengambilan bagasi saya sempat agak2 norak berfoto dgn latar belakang tulisan Bandar Udara International Sultan Iskandar Muda, seperti turis yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Banda aceh. Padahal saya kan memang aslinya dari sini ya? Hahaha…..biar saja, saat ini pernah menginjakkan kaki di Banda Aceh menjadi suatu kebanggaan bukan? Aceh memang menjadi begitu terkenal setelah Tsunami
Setelah proses pengambilan bagasi yang begituuu..lama (krn pintu bagasi pesawat macet hanya bisa dibuka dari 1 sisi) akhirnya saya mulai petualangan saya di Banda aceh. Ah…berlebihan sekali ya kalau saya bilang petualangan, karena tujuan saya kesini kan hanya utk bertemu keluarga dan merasakan nikmatnya jajanan khas banda aceh yg sudah popular sejak saya kecil (kecil? maksudnya sih mau bilang sejak saya muda) hehehe….




Perjalanan dari bandara ke pusat kota kami melewati kuburan masal Siron. Tempat dimana korban tsunami dikuburkan secara massal. 

Tanahnya ditumbuhi rumput hijau yang indah sekali. Tapi saya tidak sempat mampir jadi hanya sempat memotret dari dalam mobil yg melaju.


Tanpa pulang kerumah dulu, saya dan keluarga mampir makan siang di 'ayam penyet' Jl. T. Umar, tepatnya di depan mesjid kupiah meuketop. Kalau tahun 2007 lalu saya sdh mencoba restoran 'ayam tangkap' yg fenomenal, sekarang giliran 'ayam penyet' yg katanya sdg berjaya. Malah ada lagi restoran 'ayam lepas'. Hahaha….ada2 saja ya ide orang membuat nama yang unik2 utk menarik minat pembeli.
 
 
 

Setelah makan siang dan berfoto di dgn latar belakang mesjid kupiah meuketop (Topi aceh), kami menyempatkan diri menjenguk kakak dari ayah saya (atau nyakwa dlm bahasa acehnya) yang sdg dirawat di sebuah rumah sakit. Hmm…lama tidak bertemu, sudah tua sekali beliau.


Dari rumah sakit saya menuju rumah lama keluarga di daerah geuce yang saat ini sedang direnovasi total. Cukup lama disini sambil mengingat2 lagi ruangan2 dan kenangan2 yang ada dirumah itu sebelum dibongkar. Kemudian lanjut mengunjungi rumah abang tertua yg juga di daerah geuce. Lumayan lama mengobrol sambil disuguhi macam2 kue, tak terasa waktu sudah hampir menjelang magrib. Bagaimana ini? perut sudah keburu kenyang padahal masih banyak makanan yang mau di cicipi di kota tercinta ini…hehehe. Untung saya tidak jadi pulang dgn pesawat besok sore, jadi masih ada besok…..dan malam ini of course jangan di sia2kan hehehe

Pulang kerumah, waah…sudah ada martabak telor dan rujak Garuda! mmmm…padahal perut super kenyang dan sudah dipersiapkan utk diisi oleh bistik Gunung Salju nanti malam…. Tapi sungguh sayang kalau sampai dilewatkan. Mumpung martabaknya masih hangat dan rujaknya masih seger. Akhirnya masuk lagi deh 1 bungkus martabak dan 1 porsi rujak garuda. hehehe…..

Lepas magrib, saya bersama sahabat yg datang dr lhokseumawe dan kakak perempuan (lha, kalau di banda aceh sudah pasti kakak itu perempuan ya hehe) dan kakak ipar serta sepupu dan ponakan menuju restoran Gunung Salju (GS) di Peunayong. Menu bistiknya adalah favorite saya. Kalau ke Banda aceh nggk mampir kesini rasanya ada yang kurang.
Sepanjang perjalanan menuju peunayong saya lihat jalan dan toko2 di kota banda aceh semakin ramai dan tertata. Hm…teringat banyak kenangan dengan kota ini. Kenangan bersama keluarga dan sahabat-sahaba terbaik yang sampai sekarang masih menjadi sahabat terbaik saya.

Pulang dari GS saya dan Dewi, sahabat saya yg dari Lhokseumawe, sempat berputar sebentar ke arah Jl. Teuku Umar karena Dewi ingin membeli Sate untuk dibawa pulang. Sayang toko satenya nya sudah tutup. Tapi saya suka sekali pemandangan Jl. Teuku Umar yang terlihat ramai, padahal jam sdh hampir menunjukkan pukul 11 malam, di sebelah kiri jalan ada restoran yg sedang naik daun, yaitu Canai Mamak, terlihat suasananya yg santai dan cukup ramai. Suasana kota sungguh menyenangkan tidak mencekam seperti dulu lagi.

 
Kalau melewati jalan Teuku Umar, maka saya akan ingat lagi kenangan masa SMA dulu dimana setiap mulai pukul 5-6 sore hampir sebagian besar remaja Banda Aceh 'ngeceng' dan 'mejeng’' (ahaa…istilah 90’an sekali ya :-)) di jalan ini . Kalau yang laki-lakinya nongkrong di sepanjang Jl. Teuku Umar, yang wanita naik motor melintasi Jalan Teuku Umar. Hahaha….! lucu sendiri kalau ingat masa itu. Disitulah biasanya saat-saat bertemu dengan 'kecengan' sekedar untuk melirik dan say hi melalui motor saja sudah senang. haha...ada-ada saja! (oya...buat yang belum lahir di tahun 90-an, 'kecengan' itu bahasa jadulnya utk istilah gebetan sekarang hahaha)

Ah…. masa-masa yang indah..terbersit rasa kangen menikmati suasana tinggal dikota ini lagi…

To be continued…