2 November 2010

Uang Jajan untuk Merapi

Pulang kantor, Harsya menghampiri dan berkata :
"Bun, tadi Acha nggak jadi jajan, karena teman-teman menyumbang untuk Merapi. Harsya juga ikut nyumbang.... teman-teman ada yang menyumbang ada yang nggak Bun.... "

Mulianya anakku... ada pilihan untuk menyumbang atau tidak, dia pilih menyumbang. .Terbersit rasa bangga  dan haru di hati. Teringat pagi-pagi sekali sebelum berangkat sekolah dia yang biasanya tidak saya bekali uang jajan, khusus meminta uang jajan kepada saya karena ingin membeli sesuatu. apa saja. yang penting jajan.

" Bun, hari ini Acha jajan ya Bun...teman- teman sering jajan di sekolah, Acha juga mau jajan"kata Harsya pagi ini. Sudah 2 minggu dia seperti ini. Minggu lalu juga khusus minta uang jajan karena ingin membeli minuman kotak di sekolah. Katanya sehari sebelumnya dia mencoba minuman milik temannya yang dibeli di kantin sekolah.

Harsya jarang sekali jajan, Saya memang tidak memberinya uang jajan khusus karena khawatir dengan jajanan yang ada di sekolah. Walaupun di kantin sekolahnya tidak banyak jajanan aneh-aneh dan saya juga melarangnya jajan di luar halaman sekolah. Apalagi dia sudah membawa bekal setiap hari. Hanya kadang-kadang saja Harsya jajan, biasanya bila saya menjemputnya. Melihat wajah saya nongol di sekolah untuk menjemputnya langsung terdengar suara teriakannya:" Buuun...jajaaan...!" ya, biasanya hari Sabtu, karena setiap hari Sabtu sayalah yang mengantar dan menjemputnya sekolah. Dan jajanan yang dia pilih paling hanya 2 bungkus permen atau coklat. termasuk untuk Syifa. Tidak lebih dari seribu atau dua ribu rupiah.

Hari ini Harsya saya berikan uang 1 lembar dua ribu rupiah dan Syifa sudah pesan dibelikan juga sesuatu, apapun itu :-) Dan ternyata uang jajan itu dia relakan untuk Merapi. Bangganya saya....Apalagi katanya dari seluruh teman sekelasnya hanya 8 orang yang menyumbang. Entahlah mungkin teman-temannya yang lain juga tidak diberi uang jajan oleh orangtuanya. Kalau sumbangannya diedarkan kemarin juga mungkin Harsya termasuk yang tidak menyumbang karena memang tidak memegang uang.

Ditengah rasa bangga dan haru saya tiba-tiba...

"Bun...Tapi nanti beliin kaset PS ya... kan tadi nggak jadi jajan?

Hahaha.... ! saya baru sadar kalau Harsya memang baru 7 tahun. Mungkin dia belum sepenuhnya mengerti apa tujuan dia menyumbang. Waktu saya tanyakan Acha meyumbang untuk Merapi karena apa, karena kasian ya? jawabnya: "Acha kira kalau Acha nyumbang , bunda mau beliin kaset PS buat Acha" (dari kemarin dia merengek-rengek minta kaset PS yang baru dibelinya hari sabtu lalu diganti, karena baru sekali digunakan sudah rusak, tapi tidak saya ijinkan).

"Jadi Acha tadi  nyumbang bukan karena kasian? tapi karena minta dibeliin  kaset PS? "

Jawabnya: "Nggak tau. Eh, karena dua-duanya Bun... iya karena dua-duanya"

"Bun... kalau uangnya 3 lembar itu berapa Bun? 
"Tergantung Cha... kalau seribuan berarti tiga  ribu, kalau dua ribuan berarti enam ribu.. kenapa?"
"Tadi Acha liat Ardi uangnya 3 lembar, jadi abis nyumbang Ardi juga jajan. Rizki juga Bun, abis nyumbang Rizki juga Acha liat jajan.."

Gubraaak...hehe. maaf ya Cha, Bunda cuma kasih Harsya satu lembar uang dua ribuan...Jadi nggak ada sisa untuk jajan. Tapi Bunda makin bangga sama Harsya. Walaupun cuma punya 1 lembar, Harsya relakan satu lembar itu untuk menyumbang. Walaupun konsekuensinya Harsya nggk bisa jajan. 
I'm so proud of you!

3 komentar:

  1. Harsya lucuuu....!

    BalasHapus
  2. Harsya lucu, dan membanggakan,
    masih kecil tapi naluri kemanusiannya sudah nampak, semoga menjadi anak yang sholah dan selalu care dengan sesama...

    BalasHapus
  3. Amiin...makasih Pak Hasnul utk doanya. Terima kasih juga sdh mampir ke Blog saya..:-)

    BalasHapus

buat yang udah baca, kirim komentar anda disini ya...jangan lupa tuliskan nama :-)