Indonesia adalah negara rawan bencana. Mengapa? Indonesia dikepung tiga lempeng tektonik dunia juga dilewati jalur The Pasific Ring of Fire (Cincin Api Pasifik), yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Indonesia memiliki titik gempa terbanyak di seluruh dunia.
Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia tentu kita merasa sedih dan prihatin dengan banyaknya bencana yg sering terjadi di tanah air tercinta Indonesia, Setelah diterjang gempa dan tsunami dahsyat di Aceh tahun 2004, kita masih bertubi-tubi dilanda gempa, gunung meletus, banjir, dan tanah longsor. Akhir tahun 2010 ini kita diuji dengan berbagai bencana secara beruntun. Setelah banjir yang menelan banyak korban di Wasior, kembali bencana gempa dan tsunami terjadi di Mentawai diikuti meletusnya gunung Merapi
Saya selalu kagum dgn teman-teman yang dengan sigap menggalang dana untuk korban bencana. Rasa prihatin mereka tidak hanya terhenti sebatas prihatin dan sedih saja, tapi juga menggerakkan mereka untuk melakukan sesuatu, mengumpulkan dana, makanan, pakaian, obat-obat2an, susu, biskuit dan lain-lain.
Dengan sigap mereka menginformasikan nomor rekening utk penggalangan dana, menyediakan basecamp untuk pengumpulan pakaian dan barang-barang, menginformasikan contact person yang bisa dihubungi dll. Sungguh saya kagum saya dengan mereka, mereka tidak hanya menunggu pemerintah turun tangan, tapi dengan kesadaran penuh mereka lakukan apa yang bisa mereka lakukan. Ya, untuk apa kita menyalahkan pemerintah sedangkan kita sendiri tidak melakukan apa-apa. Apa karena kita merasa itu bukan tugas kita? Atau karena kita mengganggap itu sudah menjadi tugas pemerintah dan lembaga terkait saja? Miris kadang-kadang mendengar beberapa komentar sinis yang bernada negatif.
Selain mereka yang sigap mengumpulkan dana dan keperluan untuk korban, banyak juga yang membantu dengan cara terjun langsung ke daerah bencana. Padahal kondisi dan situasi di tempat bencana masih sangat rawan dan berbahaya. Tapi ada banyak relawan yang bersedia mempertaruhkan nyawa untuk melakukan itu semua. Mereka datang dari bermacam kalangan. Ada yg berasal dari masyarakat sekitar, ada yang dari team SAR, POLRI, TNI, bahkan ada yg khusus datang dari jauh utk memberikan bantuan baik dari instansi pemerintah maupun swasta. Perjuangan mereka tidak mudah. Memberikan bantuan kepada korban bencana mungkin adalah tindakan menantang maut.
Masih ingat beberapa relawan yg nyaris tewas setelah kapal mereka tenggelam di dekat kepulauan Mentawai? Mereka berencana membantu korban gempa dan tsunami Mentawai yg tidak mendapat fasilitas listrik. Ada lagi belasan relawan Merapi yang nyaris diterjang lahar panas, mereka sedang berusaha membantu evakuasi warga kota Selo untuk turun ke bawah. Sementara itu seorang relawan PMI dan 5 orang relawan lainnya menjadi korban keganasan awan panas. Tutur, nama relawan PMI itu, tewas terkena awan panas ketika akan menjemput Mbah Maridjan dari rumahnya di lereng Merapi. Luar biasa keberanian mereka, walaupun harus dibayar dengan harga yang sangat mahal, nyawa mereka sendiri. Dan juga peristiwa yang sangat menyedihkan yaitu jatuhnya pesawat POLRI bersama 5 anggota POLRI setelah memberikan bantuan kepada korban banjir di Wasior. Perjuangan dan pengabdian mereka menurut saya sangat luar biasa...
Masih banyak lagi relawan-relawan lainnya yang membantu dengan cara yang lain. Salah satunya Bapak Mulyadi warga Desa Winong, Kec. Boyolali Kota, Jawa Tengah. Ia rela berbagi ruang dengan para pengungsi. Ia menyediakan rumahnya yang ”hanya” memiliki empat kamar untuk sekitar 125 pengungsi bencana Merapi asal Kecamatan Selo dan Cepogo, Boyolali. Luar biasa bukan? belum tentu kita akan rela melakukan hal yang sama bila berada di posisi beliau.
Mungkin ada banyak Tutur dan Mulyadi lainnya dan yang tidak terekspose oleh media. Ribuan jumlah mereka. Mereka berdatangan menuju daerah bencana dengan satu tujuan. Menyelamatkan dan memberikan bantuan kepada para korban. Mereka rela menyediakan waktu, tenaga dan bahkan berani mempertaruhkan nyawa demi kemanusiaan.
Apakah mereka melakukan semua itu dengan terpaksa? Saya rasa tidak. Walaupun tidak sedikit pihak yang mencemooh dan menganggap tindakan para relawan dilakukan atas dasar materi. Atau bahkan ada juga yang menganggap tindakan mereka konyol. Tapi bagi saya tidak, apalagi bagi para korban bencana.
Bagi para korban bencana, mereka adalah dewa penolong, mereka semua adalah pahlawan, pahlawan di tengah bencana. Apakah mereka layak mendapat imbalan untuk semua itu? Ya, mereka pantas mendapatkan imbalan yang lebih bernilai dari hanya sekedar materi. Mereka pantas mendapatkan pahala yang tak ternilai harganya dan Insyaallah mereka yang gugur menjadi para syuhada penghuni Surga.
Sanggupkah kita bertindak seperti mereka? Belum tentu...Tapi paling tidak kita bisa belajar meneladani sikap peduli, rela berkorban dan jiwa kepahlawanan mereka. Semoga..*Tulisan ini ikut serta dalam kuis makna hari pahlawan ditengah bencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
buat yang udah baca, kirim komentar anda disini ya...jangan lupa tuliskan nama :-)