Betapa seringnya saya ucapkan kalimat ini. Dulu…
Ya, dulu… Saat semua apa yang ada dihadapan
saya begitu mudah, saat apa yang saya inginkan semua tersedia, bahkan bila saya
sedikit sedih atau kecewa pun saya masih meyakini bahwa hidup ini indah.
Masa kecil saya sangat bahagia. Dibesarkan di keluarga terpandang, walaupun tidak sangat kaya raya dan tidak memiliki segalanya, namun
kehidupan kami sangat indah. Bukan hanya
cukup dari sisi materi, tapi juga kasih sayang. Orang tua saya adalah orang tua
yang demokratis, kami juga kompak dan akur antara adik dan kakak. Kehidupan
saya sangat menyenangkan. Hampir tak pernah saya mengenal kata susah, sedih, atau
kecewa…
Walaupun hidup berkecukupan,
papa selalu mengajarkan kami hidup sederhana, jujur dan peduli sesama.
Semua kehidupan masa kecil hingga remaja dan beranjak dewasa menempa saya
menjadi pribadi dengan pikiran yang selalu positif, penuh percaya diri. Apapun
masalah yang datang selalu saya pandang
dari sisi positif.
Itulah kenapa saya selalu percaya kalimat “ Hidup ini Indah”.. maka sesulit apapun masalahmu tersenyumlah!
Bahkan saya sering menyemangati bila ada teman yang sedang
bersedih, “ Hey…come on…gitu aja kok sedih.. ayolah senyum… hidup ini indah!
Tapi…..
Manusia ternyata memang tidak selamanya berada di atas. Roda
kehidupan ini berputar. Kadang diatas, kadang dibawah…Ternyata saat kita punya problem yang berat, tidak mudah
menerima bila ada yang berkata “Ayo tersenyumlah.. Hidup ini Indah!”
Saat beberapa tahun lalu ketika keluarga kecil saya mendapat
cobaan. Saya merasa berubah, dari saya
yang optimis, semangat dan percaya diri menjadi saya yang pesimis, kehilangan
semangat dan tidak percaya diri. Saya pernah tiba-tiba begitu benci dengan kalimat itu.
Kalimat yang dulu saya yakini benar. Tiba-tiba menjadi begitu menyakitkan di
telinga saya. Saya benci bila mendengar
ada orang yang mudah berkata: “Hidup ini indah!”. Dalam hati saya berkata, "Indah buat siapa? buat dia kali? Tapi tidak buat saya yang sedang mendapat
cobaan ini.
Saya yang yakin semua masalah bisa diatasi, tiba-tiba
menjadi pesimis dan merasa tidak berdaya ketika setelah mencoba semua
pengobatan, kami tidak juga mampu melawan ganasnya penyakit itu. Bahkan saya pernah marah kepada Allah SWT karena memberikan keluarga
saya cobaan yang super berat ini. Saya sering mengeluh, mempertanyakan bahkan setengah
menyalahkan, kenapa Allah timpakan pada saya semua cobaan ini? Saya protes
kepada Allah,
”Saya ini orang baik, saya orang jujur, tapi kenapa cobaan yang saya terima begitu berat? Sedangkan orang lain yang jelas-jelas jahat, tidak jujur, tapi kenapa hidupnya kelihatan bahagia dan mudah2 saja!”
Saat itu saya sedih dan iri melihat kehidupan orang lain
yang bahagia, sehat, sukses. Hidup ini
sungguh tidak adil!
Tapi...almarhum suami saya adalah orang yang sangat sabar.
Cobaan ini, yang sebenarnya justru menimpanya malah disikapi dengan lapang dada
dan hati seluas samudera. Jangankan menyalahkan atau mengutuk Allah… mengeluh
pun tidak dia lakukan.. Subhanallah aku belajar banyak darimu sayang…
Pelan-pelan semua sikapnya membuat saya tersadar. Saat
menemani suami berobat kesana kemari banyak sekali kami temui orang yang
kehidupannya jauh lebih susah dari kami,
biaya berobat pun sulit…
Astaghfirullah….. sungguh selama ini saya tidak pandai bersyukur.
Tidak sepatutnya saya
mengutuk Allah dengan cobaan yang menimpa kami ini. Saya harus percaya ini adalah
bentuk ujian dari Nya yang insyaallah ingin menjadikan kami lebih beriman dan
bertaqwa
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “ Kami telah beriman,’ sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhkan Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (Q.S. Al-Ankabut (29): 2-3)
Apakah mereka yang saya cemburui nasibnya kehidupannya
benar-benar lebih baik dari kami? Sungguh hanya Allah yang Maha tahu… Karena setiap manusia memiliki
cobaan masing-masing. Dan saya berkali-kali disadarkan bahwa apa yang kami kira
baik ternyata belum tentu demikian…
Perjalanan melawan kesulitan itu memberikan begitu banyak
hikmah dalam hidup kami. Saya sadar betapapun usia suami saya sudah digariskan sekian.
Dan Allah memberikannya ujian yang membuat sisa usianya menjadi begitu
bermakna dan berarti… Subhanallah….sungguh saya yakin almarhum suami saya termasuk orang-orang yang mendapatkan nikmat di akhirat karena kesabarannya...Amiin ya Robbal Alamin..
Sekarang setelah apa yang saya alami, mungkin saya tidak begitu mudah lagi mengatakan “Hidup ini indah…” Karena hidup memang tidak selalu indah…namun satu hal, apapun ujian yang menimpa kita, kita
harus, harus dan harus tetap pandai bersyukur …karena selalu masih ada orang yang lebih berat cobaannya daripada kita, dan selalu masih ada orang- orang yang menyayangi kita... Hanya rasa syukur dan ikhlas yang membuat hidup ini terasa indah... Sesungguhnya hanya Allah yang Maha
tahu yang terbaik untuk hambanya…Insyaallah..