Ada yang menarik saat saya mengikuti pertemuan antara orang tua calon murid dan sekolah dlm rangka sosialisasi psikotest sbg salah satu syarat penerimaan murid di SD yang akan Harsya masuki. Sebelum mengikuti Psikotest , salah satu tes yang harus dilalui adalah tes akademik, yaitu meliputi tes membaca, menulis, berhitung dan bahasa Inggris. Dimana nilai rata2 untuk ke 4 tes ini haruslah minimal 75.
Yang menarik saat pihak sekolah mengatakan bahwa sebenarnya untuk tahap TK tidak ada kurikulum dimana harus diajarkan membaca, menulis dan berhitung,
karena yang namanya TK adalah tempat bermain. Salah kaprah itu kalau lulus TK anak diwajibkan sudah bisa membaca, menulis dan berhitung. Sudah salah besar pendidikan kita ini…..begitu kata beliau, persis seperti sebuah tulisan seorang praktisi pendidikan di salah satu harian yang pernah saya baca, dimana sebenarnya fungsi TK adalah sesuai namanya : Taman Kanak-kanak, artinya tempat bermain dan bersenang-senang. Di TK tidak seharusnya ada kurikulum pelajaran membaca, menulis atau berhitung. Kalaupun ada mungkin fungsinya hanya pengenalan huruf-huruf dan angka-angka saja.
Lalu dimanakah seharusnya anak belajar membaca, menulis dan berhitung?
Lalu dimanakah seharusnya anak belajar membaca, menulis dan berhitung?
Jawabannya tentu saja di Sekolah Dasar. Lalu bagaimana kalau untuk persyaratan masuk ke Sekolah Dasar saja harus melalui tes membaca, berhitung dan menulis?
Pihak sekolah tadi menyampaikan, bukan kami mengharuskan syarat masuk SD harus bisa membaca,menulis dan berhitung, tetapi TK-TK sekarang semua sdh mengajarkan membaca, menulis dan berhitung, lalu kalau kami diberikan pilihan untuk memilih anak didik mana yang akan masuk ke sekolah kami, tentu kami pilih yang terbaik kan? , ya salah satunya yang sudah bisa membaca,menulis dan berhitung. Jadi bukan kami yang minta, tapi karena seleksi harus ada, maka membaca, menulis dan berhitung adalah salah satu bentuk seleksi kami untuk memilih yang terbaik.
Wah…jadi membingungkan ya…?
Apa bukan sebaliknya karena semua SD memberikan syarat calon anak didik yang masuk ke SD nya harus sudah bisa membaca, menulis dan berhitung maka para guru TK berlomba-lomba mengajarkan anak didik mereka membaca menulis dan berhitung?
Seharusnya kalau tidak mau system pendidikan kita ini makin salah kaprah, setiap SD tidak boleh menjadikan kemampuan membaca,menulis dan berhitung menjadi salah satu syarat penerimaan di sekolahnya bukan? Otomatis bila syarat itu tidak ada, maka pasti TK-TK juga tidak akan memaksakan kurikulum bisa membaca, menulis dan berhitung di TK mereka.
Yang terjadi sekarang, kalaupun di TK anak-anak tidak diajarkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung (dimana seharusnya hal ini benar dan tidak salah kaprah), tetapi konsekuensinya anak-anak tersebut harus mengikuti les diluar sekolah khusus membaca, menulis dan berhitung agar bisa lolos tes akademik masuk ke SD.
Yang akhirnya menjadi korban adalah anak-anak kita, masa-masa di TK yang seharusnya diisi dengan bermain dan bersenang-senang, harus mereka lewati dengan tugas-tugas berat dan les-les tambahan.. Bukan hanya anak yang stress tapi juga orang tua yang harus mengeluarkan biaya ekstra.
Jadi….kalau sudah begini siapa yang salah kaprah ya?