25 September 2011

Jika Aku diberi Kesempatan Membesarkan Anakku Sekali Lagi

Dari sebuah email :

"Seandainya aku bisa membesarkan anakku sekali lagi,
aku akan lebih dahulu membangun harga dirinya dan baru membangun rumah baginya.

Aku akan lebih banyak memakai jari untuk melukis bersamanya,
daripada memakai jari untuk menuding kesalahannya.

Aku akan lebih sedikit mengoreksi dan lebih banyak membangun koneksi.
Aku takkan banyak memerhatikan jam, tapi lebih banyak memakai mataku untuk memerhatikannya.
Aku akan lebih banyak berjalan-jalan dan menerbangkan lebih banyak layangan bersama anakku.

Aku akan berhenti bersikap terlalu serius dan lebih banyak bermain dan bercanda dengannya.
Aku akan lebih banyak memeluk dan bukan membentak.

Jika anda membahagiakan anak-anak anda sekarang, anda akan membuatnya berbahagia 20 tahun mendatang, karena kenangan indah yang direkam diingatannya merupakan fondasi yang kuat bagi kebahagiaannya."

Terkadang ada orang tua yang hanya mementingkan kebutuhan anak secara materi, tetapi mengabaikan kasih, perhatian serta kedekatan dengan anak.

Kita tidak bisa memutar waktu dan mengulangi masa-masa lalu. Perlakuan kita terhadap anak ketika mereka masih kecil, akan menentukan menjadi anak-anak seperti apa mereka kelak.

Sebab itu jangan sia-siakan kesempatan yang ada untuk mengukir kenangan yang indah dengan anak untuk membangun karakter mereka.

Marilah kita memperhatikan dan mendidik anak-anak kita dengan baik
******

*Untuk Harsya dan Syifa, maafkan bunda bila sering tidak sabar ya...

21 September 2011

Sebelum Kita Menghakimi

Cerita ini diadopsi dan dimodifikasi dr Buku Stephen R. Covey :
'Seven Habits of Highly Effective People'.

Semoga menjadi renungan kita untuk tidak terburu-buru menilai dan menghakimi tindakan seseorang tanpa tahu alasan sebenarnya dibalik tindakannya tersebut…..
 
********
Dalam suatu perjalanan, kereta api memperlambat lajunya dan berhenti di suatu stasiun. Naiklah seorang ibu dengan dua anaknya yg masih kecil-kecil ke dalam salah satu gerbong. Penumpang sudah cukup padat. Beruntung sang ibu dan kedua anaknya bisa mendapatkan tempat duduk.

Awalnya kedua anak kecil itu duduk tenang. Tak lama kemudian, mereka mulai berlarian sambil berteriak-teriak. Mereka juga naik ke tempat duduk, menarik bacaan para penumpang. Keduanya membuat suasana jadi gaduh dan tidak nyaman.

Setelah cukup lama menahan diri, seorg bapak yg duduk di sebelah sang ibu menegur, "Kenapa anda membiarkan saja kedua anak anda membuat ribut dan mengganggu seisi gerbong?"

Seakan baru tersadar, sang ibu menjawab perlahan, "Saya masih bingung bagaimana menjelaskan kepada mereka begitu kami sampai di RS utk menjemput jenazah ayahnya."

Ternyata sang ibu baru saja diberitahu bahwa suaminya sudah menjadi jasad di RS karena meninggal dalam kecelakaan. Dia dan anak-anaknya sekarang dalam perjalanan ke RS.

Seketika si bapak yang bertanya terdiam. Segera dari mulut ke kuping tersebar informasi tsb dan semua penumpang yang tadinya merasa terganggu, berganti iba dan simpati. Alih-alih marah kepada anak-anak yang gaduh dan ibunya yg terlihat cuek, sebagian penumpang malah mulai ikut bermain dan bercanda dgn kedua anak itu.

Setelah mengetahui persis apa yang terjadi, reaksi penumpang berbalik 180 derajat.

Demikianlah dalam kehidupan. Mengetahui lengkap dibanding hanya sebagian, sangat mungkin membuat perbedaan respon seseorang terhadap suatu masalah/kejadian.

Di saat anda ingin marah, jika memungkinkan, cobalah tahan sejenak dan cari tahu lebih banyak. Dengan tambahan informasi, mungkin kemarahan anda jadi batal sehingga tidak muncul penyesalan kemudian..

Saatnya menulis lagi

Hmm..
Entah sudah berapa puluh kali saya membuka blog ini, mencoba menulis sesuatu, tapi yang terjadi hanya berakhir dengan menutupnya kembali tanpa melakukan apa-apa. Kadang sedikit blog walking utk mencari inspirasi, walalupun sebenarnya gak perlu inspirasi apa-apa karena yang ada di kepala ini sebenarnya sudah lebih dari cukup utk dituangkan ke dalam tulisan. Ada banyaaaak... sekali cerita yang belum sempat saya bagi disini.

Beberapa sudah saya tuangkan dalam bentuk draft, tapi belum di publish karena memang belum selesai. Oh God.....ternyata memang menulis itu butuh semangat, kemauan dan konsistensi ya? Sekali berhenti sulit utk memulainya lagi.

Banyak teman bertanya, blognya udah jarang di update ya?
Ah yaa.. yang punya blog lagi kehilangan semangat tuk menulis nih..ditambah kesibukan pekerjaan yang melelahkan, daaan....kebingungan memulai postingan dengan kata-kata seperti apa, cerita dari sisi apa. Aah.. too much thinking. Padahal sebenarnya hanya perlu menulis. Tidak perlu terlalu memikirkan bagus tidaknya tulisan. yang penting hanya menulis, toh nanti bisa di edit kan?

Ayo Bunda...ini saatnya utk mulai menulis lagi.
Semangaat :-)