6 Oktober 2011

Another Storm or...

26 Sept 2011, Senin menjelang sore..Manager saya, Nadra, mengirim bbm, isinya kemungkinan dalam waktu dekat saya segera harus pindah ke Medan. Seharusnya VP (Vice President) meminta saya pindah October ini, tapi Nadra meminta waktu sampai November. Dan ini adalah assignment.

November? Tapi ini sudah bulan September akhir…oh God..

Saya sebenarnya tidak terlalu kaget dengan keputusan ini. Dari awal saya ditugaskan di bagian Training Specialist atau CS Development sejak kira2 setahun lalu, posisi saya memang harusnya ada di kota Medan di Kantor pusat Regional utk wilayah West (Sumatera Area) . Tapi Perusahaan memberikan kebijaksanaan kepada saya utk tetap stay di Lampung karena kondisi keluarga saya yang tidak mungkin pindah ke Medan (Saat itu suami masih kerja seperti biasa walaupun dalam kondisi berobat).

Persoalan pindah ke Medan ini sudah menari2 di benak saya sejak setahun lalu…dan baru sedikit mulai serius saya pikirkan setelah bulan Mei kemarin… walaupun dalam hati saya jawabannya 75% saya tidak siap.

Sekitar bulan November 2010, Saat saya bertugas 10 hari di Medan, saya bertemu dengan VP saya yang sangat baik hati dan care. Sikapnya sebagai atasan yang rendah hati dan welcome selalu membuat saya salut. Pak Agus Simorangkir namanya.

Beliau waktu itu berkata, “kenapa kamu tdk pindah ke Medan saja, disini kamu lebih mudah mengobati suami, jarak Medan-Penang kan lebih dekat drpd Lampung-Singapore. Biaya berobat ke Penang pun lebih murah daripada di Singapore” .

Waktu itu saya sampaikan tidak mungkin pindah ke Medan karena kami tidak punya keluarga dekat yang bisa kami titipkan anak-anak kalau kami ke Singapore, dan lagipula suami saya masih punya aktifitas kerja di Lampung. Saat itu Pak Simo tidak memaksa, walaupun saya tahu sebagai atasan beliau bisa saja memaksa saya utk pindah ke Medan dgn alasan profesional. Tapi beliau tidak lakukan itu. Terima kasih atas pengertiannya Pak..

Akhir Mei 2011, Kira2 dua minggu setelah saya kembali beraktifitas normal sejak suami meninggal, Manager Regional Lampung Area, Mas Standish, memanggil saya keruangannya. Beliau baru saja kembali dari meeting di Medan dengan seluruh Management dan salah satu Direktur perusahaan kami dari Jakarta. Beliau kembali menanyakan kemungkinan saya utk pindah ke Medan… Rupanya saat meeting koordinasi di Medan, Direktur mempertanyakan posisi saya yang ditempatkan di Lampung, bukan di Medan. Saat itu Pak Simo mem- back up saya, namun beliau juga berkata akan segera memikirkan kemungkinan saya utk pindah ke Medan.

Saya bingung… baru 2 minggu dlm kondisi ditinggal suami. Tentu saya belum siap utk semua perubahan ini. Jadi saya jawab, saya tidak punya keluarga dekat di Medan yang bisa diajak tinggal dirumah. Saya bingung harus menitipkan anak-anak pada siapa kalau saya keluar kota, saya tidak berani meninggalkan mereka berdua hanya dengan pembantu saja. Bagaimana kalau ada apa-apa dengan anak-anak.
Dan Alhamdulilah lagi-lagi management tidak memaksa… hanya memberi wanti-wanti, bahwa suatu saat saya harus mulai bersiap2 karena kemungkinan saya tetap akan diminta ke Medan. Begitu juga yang disampaikan Nadra beberapa waktu kemudian saat ia berkunjung ke Lampung.

Dan sekarang…hari ini…

Tidak ada lagi jawaban tidak. Ini adalah assignment. Perintah. Artinya bila saya menolak utk pindah ke Medan, maka saya harus mencari posisi lain di divisi lain agar bisa tetap ada di area Lampung. Pilihan sulit….saya suka sekali dengan pekerjaan ini. Bahkan saya mulai menemukan passion disini. Menjadi trainer adalah hal menarik yang baru saya pelajari. Kalau saya harus ke divisi lain, belum tentu saya enjoy dengan pekerjaan itu. Dan apakah divisi lain juga bisa menjamin saya tidak dipindah ke kota lain?

saya stress sekali… Bahkan mata saya berkaca-kaca di meja kerja saya menahan tangis.
I think maybe this is another storm in my life….

Nadra sudah menyampaikan dengan bahasa yang sangat hati2 kepada saya, karena dia tau pasti saya akan sulit menerima. Ya memang ini sulit sekali….. bukan untuk saya, saya tidak ada masalah dengan kota Medan. Saya punya banyak sahabat sejak SMP yang kebetulan tinggal disana. Saudara juga sebenarnya ada beberapa. Saya yakin saya akan betah di Medan.

Tapi bagaimana dengan Harsya dan Syifa? Saya tidak tega mereka harus jauh dari lingkungan masa kecil mereka. Jauh dari sepupu-sepupu, om-tante yang selama ini selalu hadir di tengah keluarga kami. Di Medan nanti mereka pasti kesepian sekali, Tidak ada sepupu dan keluarga dekat. Baru saja ditinggal ayahnya, mereka sudah harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Pasti mereka akan terguncang.

Belum lagi siapa yang bisa saya andalkan bila saya tugas keluar kota berhari-hari. Selama ini di Lampung saya sudah sangat nyaman. Anak anak tidak pernah kesepian. Keluarga suami semua selalu siap membantu.

Dan… saya akan sangat jauh sekali dari alm. suami… saya tidak bisa sering2 berziarah ke makamnya.. hikss…

This is just too soon for me.. I’m not ready to change my life yet..
Oh God what should I do…
*********
26 Sept 2011, Malam hari

“Bunda, bunda kenapa..?” 
Harsya dan Syifa heran melihat raut wajah bundanya yg dari tadi bingung dan muram. Hmm… Bunda sedang bingung nak…
“ Nggak ada apa apa ….”
Semalaman saya tidak berhenti memikirkan masalah ini. Bingung. .

Apa sebaiknya saya pindah saja ke divisi lain dulu, paling tidak sampai anak-anak sdh agak besar dan saya sdh lebih siap utk hidup mandiri? Walaupun itu artinya saya harus rela melakukan pekerjaan baru yang sepertinya tidak sesuai dengan minat saya? Tapi saya nggk boleh cengeng kan..mungkin saya bisa mencoba. Siapa tahu hal baru itu tidak sesulit yang saya bayangkan.

Atau apa saya coba mencari lowongan di perusahaan lain? Siapa tahu ada posisi yang lebih pas dengan minat saya. Atau mungkin sebaiknya saya buka usaha sendiri saja agar tidak tergantung dengan perusahaan? Bukankah banyak orang yg berhasil dengan berani keluar dari zona nyamannya dan ternyata sukses dengan usaha nya sendiri?

Ah..Tapi untuk single parent seperti saya rasanya terlalu spekulasi utk saat ini. Rasanya pasti berat kalau memulai suatu usaha baru dalam situasi seperti ini. Kalau nggak mau dibilang nekad.

Lagipula saya sudah bekerja di perusahaan ini selama 11 tahun. Semua dimulai dari bawah, saya sudah mendapatkan salary yang cukup lumayan dan berbagai fasilitas kesehatan dijamin oleh perusahaan. Saya enjoy sekali dengan pekerjaan saya. Sayang sekali rasanya kalau semua ini saya tinggalkan hanya karena saya takut utk memulai hidup baru di kota dan lingkungan yang baru..?

Saya harus berani. Saya kan tidak punya pilihan untuk berhenti bekerja seperti teman2 lain yang posisinya harus dipindah divisi ke luar kota sehingga memutuskan keluar dr perusahaan. but me? sebagai orang tua tunggal saya harus tetap berjalan. Saya harus berkarir disini, mungkin ini saatnya saya utk berkembang. Keluar dari zona nyaman saya di Lampung. Mungkin inilah saatnya saya pindah ke kota yang lebih menjanjikan karir utk saya.

Tapi bagaimana dengan anak-anak? Apa anak-anak saya tinggal di Lampung saja ya? atau……….. di Aceh? Tiba-tiba terbersit sebuah ide cemerlang..

Ya…. Kalau saya khawatir anak-anak di Medan kesepian, tidak ada yang mengawasi, Kenapa tidak saya titipkan saja anak-anak di Banda aceh dengan mama dan kakak2 saya? Dirumah mama ada kakak saya dan anak2nya. Harsya pasti senang sekali serumah dengan Popon, abang sepupunya. Syifa juga pasti senang ada Fasya kakak sepupunya yg usia nya cuma selisih 2 th. Dan yang terpenting Banda Aceh kan tidak jauh dari Medan. Mungkin saya bisa pulang setiap 2 minggu sekali ke Banda Aceh untuk menengok anak-anak…

Tapi…kasian mereka harus kehilangan kasih sayang saya, setelah baru saja kehilangan ayahnya. Apa ini tidak terlalu berat buat mereka ya... Tapi bukankah banyak ibu-ibu lain yang juga harus berpisah dengan anaknya karena tuntutan pekerjaan.?

Ah, mereka pasti bisa. Mereka akan mengerti selama saya bisa menyampaikan dan memberi pengertian kepada mereka. Mereka bukan anak-anak cengeng. Lagipula ini mungkin tidak berlangsung seterusnya. Kalau saya sudah mantap di Medan, saya bisa bisa boyong mereka kesana.

Ah tiba-tiba saya menjadi begitu bersemangat…
Maybe this is not a storm, maybe this is an opportunity!

Esoknya saya menelpon mama, dan beliau antuasias sekali. Tapi beliau tidak setuju anak-anak dititipkan di Aceh. Mama Khawatir kalau mereka sering kangen atau saya kangen. Dan mama juga tidak mengijinkan saya tinggal sendirian di Medan.

Mama malah menyatakan akan ikut saya pindah ke Medan. What? Really? Wah….saya senang bangeet… tapi apa mama yakin? Memang dulu di bulan Juni mama juga sempat bilang kalau saya dipindahkan ke Medan mama siap menemani saya. Tapi saya pikir ah ..kasian mama. Beliau kan sdh punya kehidupan yang nyaman di kota Banda Aceh. Semua relasi dan kehidupannya ada disana.

Tapi mama meyakinkan kalau beliau tidak ada masalah sama sekali. Toh Medan dan Banda Aceh juga dekat. Lagipula sudah lama beliau ingin membuat rumah di Medan untuk tempat liburan keluarga.

Thanks Allah…
Saya senang sekali, terima kasih Ma.. Mama membuat semua ini mudah buat saya. Terima kasih Allah sudah membukakan jalan untuk saya..

Sekarang tinggal bagaimana menyampaikan ini kepada ibu mertua…
Doakan ya semoga keputusan saya pindah ke Medan adalah keputusan terbaik untuk masa depan saya dan anak-anak. Amiin…

** Ayah, bunda minta ijin membawa anak-anak pindah ke Medan ya… I hope you don’t mind..

18 komentar:

  1. Solusi pertama, Shalat istikharah...

    Tapi itu udah dapat jawabannya. Pindah ke Medan, ada mama.. Wah! gak pusing lagi kan? Medan - Banda Aceh juga dekat banget...

    Kalau kangen Lampung, nanti juga masih bisa ke Palembang pas ada jadwal training. Lampung - Palembang dekat. Kalau pesawat kudu lewat Jakarta, kan ada kereta bisnis. Belum pernah kan naik kereta Palembang - Lampung? :-)

    Semoga selalu sukses dan penuh barokah. Amiin.

    Tetap semangat! d^_^b

    BalasHapus
  2. Amiin...makasih doanya ya..
    Insyaallah kalau ada rejeki sih mau pulang ke Lampung setahun sekali sekalian ziarah.
    Kereta Palembang-Lampung? udah dong..waktu Harsya usia 7 bulan hehehe.. makasih ya

    BalasHapus
  3. Mbak aku beitu terbawa suasana membaca curahan hati dalam tulisan ini, aku do'akan semuanya lancar dan inilah keputusan terbaik untuk Mbak dan keluarga terutama untuk anak-anak.

    oot:
    Di Lampung tinggal dimana Mbak?

    BalasHapus
  4. Makasih doanya Yunda...amiin ya robbal alamin...
    di Lampung aku tinggal di Enggal. Yunda pernah sekolah di Lampung kan? Kapan main kesini lagi?
    *btw boleh kan aku panggil Yunda saja, mksdnya kaakak atau nama?

    BalasHapus
  5. Aku dapat memahami banget kegalauan mbak, karena aku juga bekerja. Meninggalkan anak2 utk urusan pekerjaan memang berat. Kalau aku harus ke luar kota selama beberapa hari, aku selalu memantau anakku by phone utk memastikan dia baik2 saja... hehehe.
    Alhamdulillah ya... bantuan dari sang Mama memang memecahkan masalah yg ada. Selamat bertugas di tempat baru ya mbak... semoga sukses selalu.

    Oya, sayang sekali sahabatku itu gak punya blog.

    BalasHapus
  6. iya mbak Reni..tugas keluar kota berat rasanya ya kalau meninggalkan anak-anak. Selama ini banyak saudara di lampung jadi merasa tenang kalau pergi lama2. sekarang di Medan mudah2an juga diberi kemudahan. Amiiin...

    wah sayang ya temennya nggk punya blog, kalau gitu harus dikenalkan pd dunia blogger mbak :-)

    BalasHapus
  7. cerpennya bagus loh, Mbak. haha :D

    BalasHapus
  8. Oo diEnggal ya, aku lama di Lampung, 6 tahun. 3 tahun SMP di SMP 1 Rawa Laut trus SMAnya di SMA 2 Tanjung Karang, tamat SMA tahun 1995. Trus baru ke Palembang. Kemarin sempet ke Lampung tapi cuma minep sehari doang pas tanggal 11 Sep ada acara nikahan suamiku.

    Yunda artinya Ayuk;) Boleh panggil apa aja kok. Kalu nama panggilanku Keke, hehe kayak nama artis ya ;) Aku boleh panggil apa nih Mbak, orang Aceh pangilannya Kakak ya untuk perempuan.

    BalasHapus
  9. bila memang suka dg pekerjaannya ya lebih baik pindah, mbak. Walau memang harus ada yg dikorbankan. Tapi saya yakin, anak2 nantinya akan bisa beradaptasi juga dg lingkungan barunya.

    BalasHapus
  10. Kok aku malah terharu ya...
    Kok aku malah nyesek...hiks..hiks... Aku ngebayangin berada diposisi itu.

    Setiap pilihan pasti ada baik-buruknya, Jeng. Pilihan yang paling tepat sekalipun pasti ada resikonya. Tapi kita tetap harus memilih.

    Untung ada mama ya? Mama emang selalu jadi penyelamat kita :)

    May God bless you and your family, Dear..

    BalasHapus
  11. Halo mbak... udah jadi pindah ke Medan?

    BalasHapus
  12. Yunda: iya...panggilan mbak di aceh kakak, tapi sama aja dipanggil mbak juga nggak papa :-)

    Fanny: aminn..insyaallah yaa...makasih supportnya say :-)

    Mbak Dewi: iya bener mbak,,untung ada mama penyelamat. mudah2an aja semua lancar. doakan yaa..

    mb'Reni: belum mbak, lagi ajukan ke HRD pindah setelah kenaikan kelas anak-anak, blm ada jawabannya. katanya akan didiskusikan dulu dengan atasan. Doakan yang terbaik yaa..

    BalasHapus
  13. Kak Ratu -eh...maafkan saya sok akrab memanggil demikian :D- semoga semuanya lancar2 saja ya, subhanallah Kakak kuat sekali, salut saya membacanya..

    BalasHapus
  14. Insya ALLAH akan diberikan kemudahan untuk Mbak dan anak2 :). Aamiin.

    Salam kenal.

    BalasHapus
  15. saya yakin itu solusi yang sangat baik mba...ditemani mama tentu perasaan akan menjadi nyaman, bahkan saat meninggalkan anak2 untuk dinas luar kotapun menjadi tak masalah lagi kan? that's a brilliant solution I believe.

    di Banda tinggal dimana keluarga mba? saya juga di Banda lho, walau lama di Medan dan hampir setiap bulan pulang ke Medan.... :-)

    BalasHapus
  16. Makasih Orin...makasih bunda Hana....

    BalasHapus
  17. Iya mbak Alaika, mdh2an solusi itu yang terbaik ya..insyaallah Juni nanti kami pindah ke Medan. Lho, mbak Alaika tinggal di Banda toh? Senangnya ketemu disini. Di Banda tinggalnya di daerah blang padang, paling ujung dekat mesjid Raya Baiturahman. Mbak Alaika tinggal dimana?

    BalasHapus
  18. Mbak ratu, aku baru baca blognya. Gak tau harus ngomong apa, yang aku tau kemaren² kan mbak ratu mau dipindah ke medan, tapi aku gak tau pergolakan dalam diri mbak ratu. Berat, but we have to make a choice. Aku cuma bisa berharap Allah mau memberikan yang terbaik untuk mbak ratu dan anak² semuanya. Tetap tersenyum ya, mbak. Aku cuma bantu baru bisa bantu doa.
    Anyway, sebelum pindah, kita ketemuan dulu yak di karang sama temen² lainnya...sekalian minta modem...hahhahaa... *teteup*

    BalasHapus

buat yang udah baca, kirim komentar anda disini ya...jangan lupa tuliskan nama :-)