26 April 2010

Salah Kaprah?

Ada yang menarik saat saya mengikuti pertemuan antara orang tua calon murid dan sekolah dlm rangka sosialisasi psikotest sbg salah satu syarat penerimaan murid di SD yang akan Harsya masuki. Sebelum mengikuti Psikotest , salah satu tes yang harus dilalui adalah tes akademik, yaitu meliputi tes membaca, menulis, berhitung dan bahasa Inggris. Dimana nilai rata2 untuk ke 4 tes ini haruslah minimal 75.

Yang menarik saat pihak sekolah mengatakan bahwa sebenarnya untuk tahap TK tidak ada kurikulum dimana harus diajarkan membaca, menulis dan berhitung,



karena yang namanya TK adalah tempat bermain. Salah kaprah itu kalau lulus TK anak diwajibkan sudah bisa membaca, menulis dan berhitung. Sudah salah besar pendidikan kita ini…..begitu kata beliau, persis seperti sebuah tulisan seorang praktisi pendidikan di salah satu harian yang pernah saya baca, dimana sebenarnya fungsi TK adalah sesuai namanya : Taman Kanak-kanak, artinya tempat bermain dan bersenang-senang. Di TK tidak seharusnya ada kurikulum pelajaran membaca, menulis atau berhitung. Kalaupun ada mungkin fungsinya hanya pengenalan huruf-huruf dan angka-angka saja.

Lalu dimanakah seharusnya anak belajar membaca, menulis dan berhitung?
Jawabannya tentu saja di Sekolah Dasar. Lalu bagaimana kalau untuk persyaratan masuk ke Sekolah Dasar saja harus melalui tes membaca, berhitung dan menulis?

Pihak sekolah tadi menyampaikan, bukan kami mengharuskan syarat masuk SD harus bisa membaca,menulis dan berhitung, tetapi TK-TK sekarang semua sdh mengajarkan membaca, menulis dan berhitung, lalu kalau kami diberikan pilihan untuk memilih anak didik mana yang akan masuk ke sekolah kami, tentu kami pilih yang terbaik kan? , ya salah satunya yang sudah bisa membaca,menulis dan berhitung. Jadi bukan kami yang minta, tapi karena seleksi harus ada, maka membaca, menulis dan berhitung adalah salah satu bentuk seleksi kami untuk memilih yang terbaik.

Wah…jadi membingungkan ya…?

Apa bukan sebaliknya karena semua SD memberikan syarat calon anak didik yang masuk ke SD nya harus sudah bisa membaca, menulis dan berhitung maka para guru TK berlomba-lomba mengajarkan anak didik mereka membaca menulis dan berhitung?

Seharusnya kalau tidak mau system pendidikan kita ini makin salah kaprah, setiap SD tidak boleh menjadikan kemampuan membaca,menulis dan berhitung menjadi salah satu syarat penerimaan di sekolahnya bukan? Otomatis bila syarat itu tidak ada, maka pasti TK-TK juga tidak akan memaksakan kurikulum bisa membaca, menulis dan berhitung di TK mereka.

Yang terjadi sekarang, kalaupun di TK anak-anak tidak diajarkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung (dimana seharusnya hal ini benar dan tidak salah kaprah), tetapi konsekuensinya anak-anak tersebut harus mengikuti les diluar sekolah khusus membaca, menulis dan berhitung agar bisa lolos tes akademik masuk ke SD.

Yang akhirnya menjadi korban adalah anak-anak kita, masa-masa di TK yang seharusnya diisi dengan bermain dan bersenang-senang, harus mereka lewati dengan tugas-tugas berat dan les-les tambahan.. Bukan hanya anak yang stress tapi juga orang tua yang harus mengeluarkan biaya ekstra.

Jadi….kalau sudah begini siapa yang salah kaprah ya?

15 April 2010

It’s really not easy being a working mom


“Ya Allah, berikanlah aku kemudahan dalam menjalankan tugasku menjadi seorang ibu, istri dan karyawan”.

Saya tuliskan kalimat diatas pada status facebook saya kemarin. Bukan sekedar do’a,  tapi lebih pengungkapan emosi.  Emosi bukan karena  saya  marah, tapi karena saya merasa sedih, kecewa dan sedikit tidak berdaya.

Saat menemani Harsya tes akademik kemarin, saya menerima belasan missed call di Hp yang mencari saya karena ada meeting dadakan.  Saya sama sekali tidak melihat Hp karena konsentrasi dengan test akademik Harsya.  Lagipula saya pikir saya sudah minta ijin dari kantor jadi saya yakin mereka tidak akan mencari-cari saya.

Dalam kondisi seperti ini saya merasa sangat tidak berdaya. Di satu sisi saya ingin menjalani peran saya sebagai seorang ibu ,mendampingi  Harsya menjalani hari pentingnya .  Saya tau pasti Harsya really need me in this situation. Harsya sangat mengandalkan saya.  Kehadiran Bundanya is everything for him.
Namun di sisi lainnya saya tahu bagaimanapun saya harus bersikap profesional.  Meskipun saya sudah meminta ijin, namun saya juga tidak bisa bersikap semaunya. 

Untungnya saya masih sempat mengikuti meeting dadakan tersebut walaupun harus terburu-buru dan sedikit panik.  Saya sampai menangis lho…saking stressnya :-(

Alhamdulilah.. Harsya sudah selesai menjalani test akademiknya.  Dia tidak tahu kalau hari itu bundanya  mengalami stress dadakan..

Its really not easy being a working mom… yes it is !

11 April 2010

Jus Tomat

"Bunda, harusnya Acha nggak usah sekolah kemaren.

"Lho, kenapa Cha?"
"Kemaren di sekolah bikin jus tomat, dicampur pake gula, susu, trus dikasih es. Acha kan nggak suka tomat, bun... teman-teman Acha ada yang suka, ada juga yang minumnya nggak habis. Tapi Acha nggak minum jus nya, Acha bilang aja sama bu guru, nggak boleh sama bunda"

"Lho, kok Bunda?" 
"Ya, bunda kan nggak bolehin Acha minum es banyak-banyak kan? kata bunda Acha kemarin kebanyakan minum es, terus jadi batuk kan?"

"Tapi kalo di sekolah kemarin dikasihnya es krim, ya Acha bilang boleh sama Bunda" :-)